Setelah 6 bulan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama menjabat
sebagai Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta. Kinerja dinilai minus,
Jokowi disarankan membuat skala prioritas pembangunan.
"Dari
sekian program yang dijanjikan pada masa kampanye, masih ada yang belum
bisa dijalankan," kata pengamat perkotaan Yayat Supriyatna saat
dihubungi Senin (23/4/2013) malam.
Dia menyebut masalah di Ibu
Kota sangat kompleks, utamanya soal pembangunan infrastruktur yang
layak. Yayat menyarankan agar Jokowi menetapkan skala prioritas dalam
bebebrapa pembangunan fisik
"Dari sekian masalah ini, ada baiknya diprioritaskan mana yang harus direalisasikan," sarannya.
Skala
prioritas pembangunan itu lanjut Yayat harus didukung dengan
ketersediaan anggaran. Rencana program yang dilontarkan Jokowi saat
blusukan harus direalisasikan dengan membuat rincian bersama pejabat
terkait.
"Kesepakatan itu kan sebenarnya sudah bisa jadi payung hukum kebijakan dinas-dinas yang ada," pungkasnya.
Dalam
catatan Yayat, ada 5 proyek besar yang belum terlihat hasilnya. Yayat
menyoroti proyek Mass Rapid Transit (MRT) yang tertunda pengerjaannya
karena masih terkendala pada administrasi persuratan. Selain MRT, proyek
monorel kata Yayat sudah hilang gaungnya. "Jalan Layang Non Tol juga
tidak dilanjutkan pembangunannya," kritik Yayat.
Yayat menduga ide
pembangunan Jakarta justru mandek di tingkatan pelaksanaan atau suku
dinas. Ini terlihat dari penyerapan anggaran APBD yang diakui langsung
Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama masih tergolong rendah.
"Penyerapan anggarannya masih dibawah 5%, ini bisa diartikan yang dibawah belum siap," lanjutnya.
Dosen
Universitas Trisakti ini menduga informasi yang masuk ke Jokowi bisa
jadi tidak akurat yang berakibat mandeknya pelaksanaan kebijakan.
Beralihnya Jokowi dari penerapan sistem ganjil genap ke electronic road
pricing (erp) sebut Yayat menjadi contoh kegamangan pelaksanaan
kebijakan.
"Ada yang tidak akurat dari info yang masuk ke Jokowi.
Misalnya, stiker ganjil genap yang katanya sudah dicetak, saat
menggantung begini bagaimana pertanggung jawaban untuk stiker yang sudah
dicetak," katanya.
Namun, Yayat mengatakan duet Jokowi-Ahok
berhasil mendobrak tembok penghalang masyarakat untuk menikmati
fasilitas kesehatan dan pendidikan yang layak. Program ini dinilainya
menghadirkan simpati dan empati masyarakat.
"Program KJS dan
KJP Jokowi-Ahok yang menghadirkan euforia pada masyarakat. Ini yang membuat
mereka dicintai warga Jakarta," puji Yayat di akhir wawancara.
Sumber :
news.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar