Pada transaksi awal pekan (21/7/2014), rupiah mencatatkan penguatan terbesar di antara mata uang Asia lainnya. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.54 WIB, rupiah di pasar spot perkasa 0,4% menjadi 11.570 per dollar AS. Ini merupakan level paling perkasa sejak 10 Juli lalu.
Sebagai perbandingan, berdasarkan data Bloomberg di pasar offshore, nilai kontrak rupiah untuk pengantaran satu bulan ke depan menguat 0,4% menjadi 11.624 atau lebih lemah 0,5% dari posisi spot.
Sedangkan posisi rupiah
berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR)
pada hari ini menunjukkan posisi 11.577 atau menguat 1,1% dari posisi
akhir pekan lalu (18/7) yang berada di level 11.706.
Penguatan rupiah
sejalan dengan pergerakan positif pasar saham dan pasar obligasi
Indonesia menjelang pengumuman hasil real count Komisi Pemilihan Umum
(KPU) pada esok hari (22/7). Hasil real count sementara menunjukkan,
pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla masih memimpin dengan perolehan suara
mencapai 53%.
"Konsensus hasil perhitungan menunjukkan Jokowi yang
akan emnang dan diharapkan transisi kepemimpinan akan lancar. Jika
transisi tidak lancar, maka rupiah akan bergerak fluktuatif," jelas Saktiandi Supaat, head of foreign exchange research Malayan Banking Bhd di Singapura.
Catatan
saja, pagi ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,6% menjadi
5.115,7. Sedangkan tingkat yield untuk obligasi pemerintah dengan kupon
8,375% dan jatuh tempo Maret 2024, turun sebesar enam basis poin menjadi
8%. Berdasarkan data Inter Dealer Market Association, ini merupakan
level terendah sejak 20 Mei lalu. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar