Blusukan ala Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dinilai tak mampu mengurangi dampak banjir Jakarta. Dampak banjir setiap tahun semakin meluas yang menjadi bukti "blusukan" Jokowi tidak berguna.
"Tak ada dampak signifikan dari blusukan selama ini. Kawasan yang terkena banjir Jakarta terbukti semakin meluas setiap tahunnya," ujar politisi Partai Gerindra, Yudy Syamhudi Suyuti di Jakarta, Rabu (22/1/2014).
Calon anggota DPR RI nomor urut 6, Dapil Jawa Tengah 6 meliputi Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Wonosobo dan Temanggung itu menilai, program antisipasi banjir Jakarta jalan di tempat.
Dinas Pekerjaan Umum yang seharusnya tinggal mengeksekusi normalisasi kali dan waduk di lapangan tak bisa berbuat banyak.
Kondisi itu dinilai sangat ironis di tengah janji-janji Jokowi pada kampanye dua tahun silam untuk membebaskan Jakarta dari banjir. Yudy mengharapkan, janji yang disampaikan ke warga Jakarta saat Pilkada lalu ditepati.
"Jakarta itu butuh gubernur yang mampu memikirkan solusi bagi rakyatnya. Bukan blusukan untuk sekadar tatap muka namun hasil kerjanya tak berdampak baik bagi rakyatnya. Persoalan Jakarta yang paling utama itu hanya dua yakni bagaimana menangani kemacetan dan banjir. Itu saja dulu dituntaskan rakyat sudah senang. Harapan warga Jakarta itu tidak muluk-muluk kok," katanya.
Yudy juga mendesak Jokowi berani membebaskan lahan yang merupakan daerah resapan banjir yaitu dari Kapuk dan Pluit yang sudah berubah menjadi perumahan mewah. Sehingga, air dari Sungai Ciliwung akan cepat terbuang ke laut.
"Jokowi harus berani bongkar rumah-rumah mewah di Pluit dan Kapuk. Gara-gara perumahan mewah itu aliran sungai Ciliwung tersendat," katanya.
Dia juga menyebutkan, banjir Jakarta sudah diprediksi banyak pihak jauh-jauh hari sebelumnya. Namun tindakan menyiapkan tim krisis penanggulangan bencana melempem dan terbukti 12 orang tercatat meninggal dunia sejak banjir melanda Jakarta tahun 2014.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar