Pakar Planologi dan Tata Kota, Edward Sihombing, menilai banjir yang
terus menghantui DKI Jakarta setiap kali musim hujan akibat kesalahan
dalam hal tata ruang dan tata bangunan dan sudah menjadi masalah yang
kompleks dan menahun.
Untuk itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
(Jokowi) meskipun berat harus melakukan pembenahan agar ke depan
menjadi gubernur yang punya peninggalan fenomenal bisa mengatasi masalah
banjir.
“Iya kesalahan masa lalu. Akar persoalannya pelanggaran
tata ruang dan tata bangunan yang menyebabkan banjir Jakarta,” kata
Edward Sihombing kepada wartawan, Rabu (22/1/2014).
Seperti
diketahui, mengacu pada upaya Jokowi membenahi berbagai persoalan di DKI
Jakarta seperti Banjir dalam pemerintahannya yang baru berjalan satu
tahun tiga bulan memang sudah mengalami perkembangan signifikan meskipun
pemerintahannya baru berjalan satu tahun lebih.
Meskipun ada
beberapa yang mencari kesalahan Jokowi-Ahok atas banjir dan macet serta
persoalan kompleks yang melanda Jakarta, tetapi banyak juga yang
mengapresiasi karena fakta yang dilakukan cukup signifikan.
Soal
banjir misalnya, Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) DKI, titik banjir di zaman Fauzi Bowo ada 78 titik, lalu turun
menjadi 62 titik setelah dibangunnya BKT. Di bawah Jokowi-Ahok titik
banjir sudah turun menjadi 45, dan saat ini ada 35 titik.
Menurut
Edward, pemerintahan Jokowi-Ahok yang baru berjalan 1 tahun 3 bulan
sudah menunjukkan upaya serius harus bisa membuktikan bisa melakukan
perbaikan.
Karena memang tata ruang dan tata bangunan sudah
parah, saat ini Jokowi perlu melakukan moratorium dan audit ijin
bangunan diatas 2 lantai yang oleh pemerintahan sebelumnya terkesan
menjadi bancakan dinas tata kota dan pengusaha. Kalau tidak, tata ruang
DKI hanya jadi bancakan pejabat dinas tata kota dan pengusaha, sehingga
masalah DKI semakin kompleks bukan banjir.
“Ini saatnya Jokowi menunjukkan dia pemimpin yang berbeda,"ujarnya.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar