Pengamat Tata Air, Firdaus Ali, memberi nilai sembilan buat langkah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatasi banjir. "Saya bukan pendukung Pak Jokowi, tapi saya harus objektif, langkahnya signifikan," kata dia, Rabu (25/12/2013).
Dia menunjuk pembenahan Waduk Pluit dan Ria Rio yang sebelumnya tidak tersentuh, juga pembuatan sumur resapan yang sudah mencapai 68 persen dari target 1.948 unit. Menurutnya, tanpa langkah-langkah itu, Jakarta bisa menghadapi risiko banjir 1,4 kali lebih besar dari banjir sebelumnya. "Yang mereka lakukan sudah extraordinary," katanya.
Penilaian positif ini, kata Firdaus, mempertimbangkan tantangan yang dihadapi pemerintahan Jokowi-Ahok. Misalnya, proses pengadaan barang dan jasa yang lama. Menurutnya, Jokowi baru bisa action empat bulan terakhir. "Belum lagi faktor anomali cuaca yang memperparah risiko banjir. Itu di luar kendali mereka," ujar dia. Terlebih, perencanaan anggaran 2013 masih di tangan mantan Gubernur Fauzi Bowo.
Meski demikian, Firdaus menyebut masih ada pekerjaan rumah buat Jokowi-Ahok, yaitu pengerukan sungai yang terbilang terlambat dan pembangunan kampung deret. "Pengerukan baru dimulai saat musim hujan," kata Firdaus.
Adapun jenis permukiman seperti kampung deret harus mengakomodasi warga yang terbiasa tinggal di bantaran sungai, sekaligus menjaga agar sempadan sungai tidak dikorbankan untuk tempat tinggal. Melihat sulitnya relokasi warga, dia memperkirakan kampung deret baru bisa terealisasi tiga hingga empat tahun ke depan.
Sumber :
tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar