Nama Joko Widodo (Jokowi) merupakan magnet besar dalam Pemilu 2014. Berkat nama Jokowi, pemilih mengambang (swing voters) berkurang drastis menjadi di bawah sepuluh persen.
Guru Besar Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk menilai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) harus menyadari popularitas Jokowi yang terus meroket. Jika PDI-P ingin meningkatkan elektabilitas partainya, mau tidak mau PDI-P harus mengumumkan Jokowi menjadi calon presiden sebelum Pemilu Legislatif digelar.
"Survei ini juga mengkonfirmasi gejala menarik kalau ditanya siapa presiden yang dipilih swing voters turun drastis. Masyarakat Indonesia sudah mantap memilih Jokowi," kata Hamdi saat rilis telesurvei SSSG : Siapa Bakal Pemenang Konvensi, Pileg, dan Pilpres 2014?, di Wisma Kodel, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
"Kalau PDI-P cerdas cermati itu, harusnya cara berpikir seperti ini. Ketika orang lebih percaya Jokowi ketimbang PDI-P, menempelkan citra PDI-P ke Jokowi. Magnet Jokowi bisa digunakan untuk mendorong orang memilih PDI-P. Implikasi logis adalah PDI-P jangan umumkan presiden setelah Pileg," lanjut Hamdi.
Berdasarkan telesurvei SSSG, jika Pemilu dilaksanakan hari ini, sebanyak 43,4 persen pemilih mengaku belum mempunyai pilihan partai apa dan sebanyak 9,8 persen mengaku tidak tahu memilih partai apa.
Sementara jika Jokowi masuk dalam bursa calon presiden, swing voters menurun drastis yakni hanya 10,8 persen.
"Harusnya PDI-P membuat pesona Jokowi menarik pemilih memilih partai. Pemilu 2009 banyak orang memilih juga karena pengaruh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)," kata Hamdi.
Survei tersebut dilaksanakan dengan metodologi wawancara via telepon di 10 kota besar di Indonesia yakni DKI Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan Balikpapan. survei dilaksanakan pada 25 Agustus 2013 - 9 September 2013 dengan jumlah responden 1.250 sampel dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar