Senin, 01 Juli 2013

Cerita Di Balik Kuda Tunggangan Jokowi

Dalam rangkaian perayaan HUT DKI Jakarta ke-486, Pemprov menggelar Jakarnaval, Minggu (30/6/2013). Sebagai penguasa tertinggi, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tak mau ketinggalan ikut berpartisipasi terjun langsung ke arena Jakarnaval. Pada masa persiapan Jakarnaval, Jokowi gencar mempromosikan dengan berbagai pernyataan yang sifatnya memprovokasi warga, agar warga berduyun-duyun mensukseskan acara tersebut.
"Jakarnaval berbeda dengan karnaval-karnaval lain yang pernah ada di muka bumi ini. Akan ada kejutan besar dalan Jakarnaval," itulah pernyataan Jokowi di berbagai media.
Meskipun pernyataan secara masif telah digulirkan di media, sesungguhnya, pada masa persiapan Jakarnaval, Jokowi sendiri masih belum mempunyai gambaran yang pasti tentang bentuk partisipasinya pada acara tersebut.
Muncul di atas mobil berhias bunga dilengkapi dengan ondel ondel dan melambai-lambaikan tangan saat mobil diarak, tentu saja akan nampak sama dengan karnaval-karnaval lain yang pernah diadakan sebelumnya. "Nggak ada gregetnya," fikir Jokowi.
Jokowi berfikir keras untuk tampilan beda seperti yang sering digembor-gemborkannya sebelumnya.
Tapi bukan Jokowi namanya, jika tak bisa tampil beda, dipilihnya opsi naik sapi pada acara tersebut. Rencana ini, disampaikan Jokowi kepada wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan meminta Ahok untuk merahasiakannya sampai tiba hari H nya.
Dua minggu sebelum acara tiba, para ajudan Jokowi sibuk mencari sapi-sapi jinak yang dapat ditunggangi junjungannya pada acara Jakarnaval. Sapi-sapi pun akhirnya didatangkan dari Solo (kegemaran Jokowi memang barang-barang dari Solo). Mendengar sapi-sapi yang akan ditungganginya telah siap, Jokowi pun segera berlatih menunggang sapi.
Setelah 3 hari mencoba, ternyata Jokowi gagal menunggang sapi, setiap kali Jokowi naik dipunggung sapi, sapi meronta-ronta dan melemparkan Jokowi tersungkur di tanah.
Akhirnya, Jokowi memutuskan untuk mengganti tunggangan dengan kerbau."Sapi dan kerbau nampak sama, tak jauh beda," fikir Jokowi.
Sekali lagi para ajudan Jokowi ke Solo untuk memperoleh kerbau-kerbau yang jinak yang diperlukan junjungan mereka.
Setelah kerbau-kerbau jinak tiba, Jokowi pun kembali berlatih, kali ini menunggang kerbau. Tapi malang, semua kerbau juga tak mau ditunggangi Jokowi, setelah beberapa menit berhasil menunggang kerbau, kerbau meronta-ronta dan melempar Jokowi ke tanah, bahkan lebih parah daripada lemparan sapi.
Dicoba lagi, gagal lagi.  Jokowi pun menyerah. Akhirnya Jokowi memutuskan untuk menunggang kuda, dan karena terbatasnya waktu, maka kuda diambil bukan lagi dari Solo tetapi dari Pulomas, Jakarta Timur.
Perubahan rencana itu pun disampaikan Jokowi ke Ahok,
"Terpaksa deh, harus naik kuda,"  kata Jokowi pada Ahok.
"Lo, sapinya ?," jawab Ahok.
"Semua sapi tak mau saya tunggangi! Mereka tak mau ribet berurusan dengan KPK setelah saya tunggangi," tukas Jokowi.
"Kenapa tak coba kerbau? Bukankah kerbau mirip sapi?," jawab Ahok.
"Sudah, Itu lebih parah lagi! Semua kerbau marah ketika saya tunggangi," jawab Jokowi.
 "Apa pasalnya? Bukankah kerbau jauh lebih jinak daripada sapi," sela Ahok.
Dengan kalem Jokowi menjawab,
"Kerbau selalu mau saya tunggangi, tapi karena ini dekat 2014, semua kerbau hanya mau saya tunggangi jika telah mendapat restu dari ibu Ketua Umum," tutup Jokowi dan Jokowi pun berlalu.


Catatan :
Humor ini juga telah diposting di kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar