Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta mengkritik rendahnya
penyerapan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI tahun 2012 di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Salah satunya terkait pembebasan lahan.
"Realisasi belanja modal
hanya 68,5 persen," ujar anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Muhammad Subki, saat menyampaikan pandangan atas laporan
pertanggungjawaban APBD DKI di hadapan Ahok di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (10/6/2013).
Subki
menjelaskan, penyerapan anggaran untuk belanja tanah yang hanya 2,25
persen dari modal yang mencapai Rp 35,38 triliun. Akibatnya sisa
anggaran untuk belanja tanah mencapai Rp 9,46 triliun.
"Pemprov DKI
seharusnya sudah menyadari bahwa ada keterbutuhan ruang terbuka hijau.
Juga termasuk fasilitas sosial dan umum," jelasnya.
Hal senada
juga disampaikan oleh anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Belly Bilasula. Menurutnya, banyak program yang dicanangkan pada APBD
2012 belum terlaksana menyebabkan serapan anggaran rendah.
"Pertumbuhan ekonomi Jakarta 2012 lebih rendah dari 2011, hanya 6,5 persen," kritik Belly.
Belly
mengatakan, pemprov lebih banyak menghabiskan uang untuk belanja
operasional dibandingkan modal. Rasionya belanja operasional mencapai Rp
22,77 triliun sedangkan modal hanya Rp 8,78 triliun.
"Belanja
operasional hanya menguntungkan birokrasi. Sedangkan investasi untuk
jangka panjang yaitu modal diabaikan. Sehingga merugikan masyarakat,"
tambahnya.
Lain halnya, Perwakilan Fraksi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) Dwi Rio Sambodo mengatakan dari pos
pendapatan daerah lain-lain yang sah hanya tercapai 0,24 persen dari
target Rp 1,54 triliun. Padahal DKI Jakarta memiliki potensi besar
mendapatkan pemasukan dari sektor pajak.
"Pajak pemakaian air bawah tanah juga hanya terealisasi 60,03 persen dari target Rp 170 miliar," ujarnya.
Bahkan
Fraksi PAN-PKB menyoroti jumlah utang yang membengkak. Perwakilan
fraksi, Wanda Hamidah mengatakan pada tahun 2011 utang pemerintah
sebesar Rp 715,44 miliar.
"Sedangkan 2012 malah menyisakan hutang Rp 903,88 miliar," katanya.
Padahal idealnya, utang tidak mengalami peningkatan sebesar ini jika seluruh belanja pengeluaran selesai pada akhir 2012.
Untuk
anggota dewan meminta pemerintah benar-benar mengalokasikan dana sesuai
dengan tugas dan fungsi pokok satuan perangkat kerja.
"Pemerintah
juga harus meningkatkan kapasitas dari aparatur dalam penguasaan
teknologi informasi," pungkas salam satu anggota dari Fraksi Hanura-PDS,
Farel Silalahi.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar