Minimnya lahan makam di Jakarta melahirkan profesi calo tanah kuburan.
Warga yang kebingungan mencari lahan, mau tidak mau akhirnya meminta
bantuan perantara untuk mencari tanah kosong untuk memakamkan
keluarganya.
Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna menilai cara menghilangkan praktik calo dengan merangkul mereka sebagai tenaga honorer.
"Kalau
bisa calo-calo itu dijadikan honorer oleh Dinas Pemakaman. Dilatih dan
ditatar. Karena mereka yang menguasai, bahkan menguasai di pinggiran
kota juga," ujar Yayat saat dihubungi wartawan, Selasa (11/6).
Sebenarnya,
warga hanya dikenakan iuran retribusi Rp 100 ribu. Tapi yang
membebankan adalah biaya pemakaman yang mencapai Rp 3 juta - Rp 5 juta.
Yayat mengaku pernah menemukan kasus itu di TPU Karet Bivak
"Susah
diatur, malah ada yang bilang ya kepala dinas pemakaman untuk tertibkan
minta pistol. Sudah banyak calo menjadikan lahan untuk bisnis,"
ucapnya.
Menurut data yang dimiliki Yayat, setiap harinya ada
100-120 orang yang meninggal dan butuh lahan makam. Maka itu, calo makam
harus segera diberantas.
"Pemakaman juga harusnya bisa ditata dengan baik, misalnya dibuat taman-taman. Dikelola dengan baik," tandas Yayat.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar