Pemprov DKI dan Komnas HAM belum menemukan kata sepakat dalam penanganan
relokasi di sekitar Waduk Pluit. Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila pun
ditanya seandainya dirinya menjadi Gubernur DKI Jokowi dalam menangani
kisruh Waduk Pluit. Responsnya?
"Saya bukan Gubernur dan saya ada
dalam posisi Ketua Komnas HAM. Jadi saya tidak mau berandai-andai,"
jawab Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila ketika ditanya solusi yang
ditawarkan pada warga sekitar Waduk Pluit bila menjadi Gubernur DKI.
Hal
itu dikatakan Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila dalam acara 'Peringatan
Tragedi Mei 1998' di Komnas Perempuan, Jalan Latuharhari, Menteng,
Jakarta Pusat, Minggu (19/5/2013).
"Yang pasti, Komnas HAM
sangat terbuka jika Pak Ahok akan memberikan kuliah kepada kami.
Masyarakat yang mengadu kepada kami memerlukan informasi apa pembangunan
apa yang akan dilakukan di Waduk Pluit," imbuh Siti.
Indikasi pelanggaran HAM, lanjut dia, bentuknya tidak selalu kekerasan, melainkan juga informasi yang tak didapatkan.
"Masyarakat
mengadukan bahwa mereka tidak mendapatkan informasi rencana pembangunan
di atas waduk. Masyarakat punya hak atas kesejahteraan dan perumahan.
Komnas HAM berprinsip pada peningkatan kesejahteraan," jelas Siti.
Mengenai
Jokowi yang mengatakan sudah 20 kali bertemu dan berdialog dengan warga
di Waduk Pluit, Siti mengatakan, "Yang melapor ke kami itu bukan Waduk
Pluit, tapi Penjaringan. Dan Pak Jokowi hanya mendatangi warga di Waduk
Pluit. Laporan dari warga Penjaringan, belum ada komunikasi apapun
dengan pihak Pemprov. Dari 200 orang kepala keluarga yang akan
direlokasi, baru 20 kepala keluarga yang baru mendapatkan rusun."
Pemprov
DKI Jakarta bermaksud menormalisasi Waduk Pluit dalam rangka mengatasi
banjir yang selama ini menjadi masalah Ibukota. Waduk seluas 80 hektar
ini sebagian ditempati secara ilegal oleh warga. Pemprov bermaksud
merelokasi warga tersebut dengan menyediakan rusun beserta isinya.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar