Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar dialog dengan WNI di Busan, Korea
Selatan. Dalam diskusi bertajuk 'Meet and Greet With The Presiden of
Indonesia Joko Widodo' di
Universitas Kyusung, Busan, Korsel. Pada dialog tersebut, Jokowi ditanya terkait nasib TKW yang masih
kerap mengalami tindak kekerasan.
"Apa benar pengiriman TKW ke
seluruh Asia dihentikan?" tanya seorang WNI asal Kediri, Mumun, dalam
dialog yang bertempat di Universitas Kyusung, Busan, Korsel, Kamis
(11/12/2014) itu.
"Siapa yang bilang?" Jokowi balik bertanya.
Mumun
yang sehari-hari berjualan makanan Indonesia itu menjelaskan, selama
ini kabar yang beredar seperti itu. Ia mengaku setuju jika pengiriman
TKW ke luar negeri bisa dikurangi atau bahkan dihentikan. Hal tersebut
menyusul banyaknya kekerasan yang menimpa TKW di luar negeri.
"Saya
mohon kepada Pak Jokowi untuk mengurangi pengiriman TKW ke luar negeri,
sebab kita sebagai wanita harusnya di rumah, tidak bekerja di luar
negeri. Sedangkan kaum laki-laki di Indonesia kerjanya hambur-hamburkan
uang," tuturnya.
Jokowi menyampaikan, target pemerintahannya saat
ini adalah perbaikan insfrastruktur. Jika infrastruktur sudah baik,
bukan tak mungkin ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 7 persen dalam 2
hingga 3 tahun ke depan.
"Kalau sudah di atas 7 persen, lapangan
kerja di negara kita banyak terbuka. Tentu banyak proses pemotongan
terutama negara-negara yang tidak memproteksi tenaga kerja kita.
Moratorium di timur tengah, kita terus, karena proteksi belum ada,"
jelas presiden Indonesia ketujuh itu.
"Kalau kita lihat kesalahan
di dalam negeri proses rekrutmen banyak lewat calo, umur belum sampai
dicarikan KTP, skill belum upgrade sudah dipekerjakan," lanjutnya.
Seorang pekerja asal Indonesia
di Busan, Irsantoso, meminta Jokowi untuk menyediakan lahan di daerah
kepada para TKI yang baru saja pulang ke tanah air. Misalnya saja lahan
kosong yang tidak produktif namun masih bisa dioptimalkan
pemanfaatannya.
"Ada potensi APBD yang hilang, mohon disediakan
lahan kosong yang tidak produktif, seandainya ditawarkan jadi potensi
ekonomi bagi daerah. Kedua, bagaimana teman-teman bekerja menyiapkan BLK
(Balai Latihan Kerja)," kata Irsantoso dalam dialog tersebut, Kamis (11/12/2014).
"Saya
yakin yang keluar negeri itu ingin mengubah nasib, harusnya pemerintah
memberikan teknis, bukan wacana, sehingga nyata. Tapi kita selama ini
rutinitasnya kewirausahaan, dampaknya ngga ada," lanjutnya.
Jokowi
menyambut baik usulan Irsantoso tersebut karena terlihat konkret.
Menurutnya saat ini harus melihat potensi masing-masing terlebih dahulu
apa yang sekiranya paling cocok untuk dikembangkan di daerah tersebut.
"Saya
lihat BLK isinya masih kursus jahit, ngelas. Banyak kesempatan,
peluang. Tapi tidak bisa mencreate. Sebetulnya dibutuhkan oleh negara
kita. Kekuarangan enterpreneur kita masih jauh," tutur Jokowi.
Persatuan
keluarga multikultur, perkawinan Indonesia-Korea, Mustafa Yani, curhat
kepada Jokowi terkait kewarganegaraan ganda. Menurutnya, kewarganegaraan
ganda ini penting jika suatu hari ada masalah dengan status warga
negara seorang anak dari ayah dan ibu yang berbeda negara.
Jokowi tak langsung menjawab, ia melempar pertanyaan ini untuk dijawab perwakilan dari Kemenkum HAM.
"Kami
melakukan kajian terhadap itu, tapi UU kewarganegaraan kita telah
memberikan hak kepada hak anak anak yang perkawinan campur untuk dwi
kewarganegaraan. Kami sedang melakukan kajian, ada juga permintaan dari
teman-teman Diaspora untuk kewarganegaraan ganda, kami kaji empirik juga
dampaknya, nanti kita susun di RUU tahun berikutnya," jelas perwakilan
tersebut. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar