Presiden terpilih, Joko Widodo optimistis
Indonesia bisa membuat mobil nasional. Sikap itu, diyakininya karena
semua mobil merek Jepang sebagian besar suku cadangnya dibuat di
Indonesia.
Menurut Jokowi, industri di Tanah Air sudah mampu
membuat hampir 90 persen suku cadang mobil-mobil Jepang. Sehingga,
apabila dirakit sendiri di dalam negeri dan menggunakan nama lokal, dia
yakin Indonesia akan mempunyai mobil nasional.
"Ekspor mobil kita, 80-90 persen itu local content sudah tinggi sekali. Artinya, spare part itu produknya di Indonesia," kata Jokowi di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2014).
Jokowi
menilai, saat ini, yang diperlukan Indonesia adalah sebuah mobil dengan
suku cadang lokal, menggunakan merek Indonesia, dan dirakit juga di
Indonesia.
Sehingga, nantinya bisa diekspor ke luar negeri
dengan harga yang lebih murah. Tentu, dengan kualitas yang bisa bersaing
dengan mobil-mobil buatan negara lain.
"Memang kita ini yang belum punya adalah brand dan principal Indonesia. Itu yang kita lagi pikirkan," tutur dia.
Seperti
diketahui, saat menjadi Wali Kota Solo, Jokowi sempat menggaungkan
mobil nasional bermerek Esemka. Pada 27 Februari 2012, mobil Esemka
Rajawali melakukan Uji Emisi Euro-2 di Balai Thermodinamika Motor dan
Propulsi (BMTP) Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Namun,
Kementerian Perhubungan belum bisa mengeluarkan Sertifikat Uji Tipe
Esemka, karena hasil uji kendaraan tersebut di atas, ternyata CO sebesar
11.63 gram/kilometer dan HC+NOx 2,69 gram/kilometer, di mana seharusnya
maksimum CO 5,0 gram/kilometer dan HC+NOx 0,70 gram/kilometer.
Kemudian,
pada 16 Agustus 2012, merupakan tonggak keberhasilan Esemka, setelah
melalui proses perbaikan, akhirnya berhasil melampaui nilai ambang batas
Euro 2 dengan hasil CO = 1.544 g/km dan NOx+HC = 0,598 g/km.
Meski
mobil Esemka sudah lulus uji emisi, tetapi mobil yang akan
digadang-gadang menjadi mobil nasional itu namanya sudah tidak tidak
terdengar lagi. [vivanews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar