Jelita Alfina Dewi
Damayanti (10) berlari kecil ke sekumpulan teman-temannya. Di dekapannya
ada lima buku tulis pemberian langsung dari Gubernur Jakarta, Joko
Widodo (Jokowi).
Teman-temannya sudah lebih dulu mendekap buku itu.
Anak-anak korban banjir luapan Sungai Ciliwung tersebut membicarakan
buku tulis yang diberikan ketika Jokowi blusukan ke kampungnya di RW 01, Mengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, beberapa waktu yang lalu.
Mereka
membahas kutipan yang tertulis di sampul depan dan belakang buku tulis
itu. "Kamu dapat berapa," tanya Jelita kepada temannya.
"Aku dapat enam," jawab temannya.
"Aku cuma empat," timpal teman lainnya.
Jelita memotong pembicaraan. "Eh ada tanda tangannya enggak ya," sambil sibuk jemarinya membuka satu per satu halaman.
"Ah, enggak ada," lanjutnya.
"Eh, tapi ada tulisannya," timpal teman yang hanya mendapatkan empat buku.
"Membacalah dan bangsa ini akan terhindar dari buta karena ketidaktahuan. Oleh Joko Widodo," ejanya.
"Eh,
di depan juga ada. Beli duku sama Bang Muin. Sekolah dulu baru main.
Ayo anak-anak rajin belajar. Kan udah ada Kartu Jakarta Pintar," celetuk
rekan Jelita lainnya.
"Hahahhahaa Bang Muin yang jual pulsa di depan gang kali yaa," celetuk Jelita yang kemudian disambar tawa rekan-rekannya.
Jelita
serta teman-temannya tinggal di Gang Jaelani, RT 11 RW 01, Pengadegan,
Jakarta Selatan. Ketika hujan mendera wilayah hulu, pertengahan Januari
2014 lalu, air dari Ciliwung naik hingga setinggi pintunya. Empat hari
ia tinggal dan belajar di pengungsian sehingga terpaksa meninggalkan
bangku sekolahnya di SDN 05.
Berdesak-desakan di tenda pengungsi
tak menyurutkan niatnya untuk belajar. Jelita yang tahun lalu mendapat
rangking 5 di kelasnya itu mengaku tetap belajar seperti hari-hari
biasnya.
Meski hanya lima dan jauh sebanding dari jumlah mata
pelajaran yang ada di kurikulum sekolahnya, buku tulis itu penting
baginya. Gadis cilik yang bercita-cita menjadi dokter itu akan
menjadikan buku tulis pemberian Jokowi, sebagai 'urek-urekan' matematika, pelajaran yang paling disukainya ketimbah mata pelajaran lainnya.
"Alat
sekolah saya masih lengkap kok. Kan pas banjir, itu duluan yang diambil
sama Bapak," ujar putri sulung dari dua bersaudara.
Dua kutipan
yang tertera di buku tulis itu rupanya benar-benar lahir dari
pengalaman Jokowi. Melalui buku Jokowi mengibaratkan perjalanan hidup
yang dulu tak punya apa-apa menjadi seorang yang saat ini diperhitungkan
dan kerap jadi sasaran lawan politik.
"Buku itu sama seperti
pendidikan. Bisa merubah dari yang tidak punya menjadi punya. Dari di
bantaran sungai menjadi sampai ke Balaikota," ujarnya.
Dahulu,
Jokowi tinggal di tepi sungai. Kemudian rumahnya digusur paksa Trantib
dan terpaksa pindah. "Daripada pesan sponsor, kan mending pesan ke
anak-anak. Lebih bagus kan buat anak-anak dan orangtua," lanjut Jokowi.
Melalui
pengalaman itu jugalah ia mencetuskan ide Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Dia yakin program tersebut mampu mengangkat harkat dan martabat
anak-anak miskin di Jakarta jadi lebih baik.
Dia ingin anak-anak
yang menerima buku tulisnya, membacanya sebelum sang anak menuliskan
torehan pena atau bahkan pensil yang berpengaruh atas keberhasilan masa
depan mereka sendiri.
Semoga berhasil, Pak...
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar