Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tak mau jelang satu tahun
kepemimpinannya ternoda. Masuk ke musim penghujan, Jokowi mempercepat
program penanggulangan banjir di Jakarta. Bahkan, Rabu (9/10/2013),
Jokowi meninjau satu per satu sejumlah proyek berjalan.
Jokowi
mengawalinya dengan meninjau dua sumur resapan yang ada di Jalan Bonang,
Menteng, Jakarta Pusat. Jauh dari sambutan hangat atau tenda acara,
seperti kunjungan pejabat kebanyakan, Jokowi yangditemani Kepala Dinas
Perindustrian dan Energi DKI Andi Baso dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum
DKI Manggas Rudy Siahaan itu hanya disambut dengan bising suara mesin
bor sumur.
Jokowi memastikan, November 2013 esok DKI memiliki
1.958 titik sumur resapan dengan kedalaman 60 hingga 200 meter. Jumlah
tersebut meledak jika dibanding tahun sebelumnya, DKI hanya memiliki
lima sumur resapan, itupun dangkal. Di tahun mendatang, Jokowi
menargetkan membangun 4.000 sumur resapan dalam di Jakarta.
"Ada
200 titik genangan di Jakarta. Dengan sumur resapan dalam, diharapkan
titik genangan itu menghilang. Saat ini 20 persen selesai," ujarnya di
sela-sela tinjauannya ke sumur resapan yang menelan anggaran hingga Rp
150 miliar tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI,
Andi Baso menambahkan, selain mengurangi genangan sumur resapan dalam
berfungsi sebagai tempat penyimpanan air tanah. Jakarta yang permukaan
nya telah tertutup beton menjadikan kualitas air tanah sangat jelek.
Sumur resapan dalam itu berfungsi meningkatkan kualitas air di dalam
tanah.
Normalisasi sungai
Usai sekitar
15 menit meninjau sumur resapan, Jokowi bergeser ke Kali Ciliwung, ruas
Menteng, Jakarta Pusat kemudian ruas Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Sungai yang setiap musim hujan selalu menjadi momok bagi warga di
sekitarnya itu tengah menjalani normalisasi. Dasar sungai dikeruk dan
tepi sungai diperlebar serta dibangun turap.
Sejak empat bulan
yang lalu, Pemprov DKI telah menormalisasi 4 dari 13 sungai besar di
Jakarta. Langkah itu dianggap baik mengingat pengerjaannya yang
membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
Selain itu, Pemprov DKI
juga melakukan pengerukan sebanyak 160 saluran penghubung dan 18 saluran
sub makro (kali kecil di permukiman warga). "Setelah Idul Adha besok,
kita percepat lagi. Ini ndak akan selesai tahun ini, karena berkelanjutan terus sampai di tahun mendatang," ujar Jokowi.
Kepala
Dinas PU Manggas Rudy Siahaan mengatkui penyebab banjir di Jakarta
bukan hanya karena sungai yang meluap, namun juga akibat drainase yang
buruk. Namun, Dinas PU tidak secara khusus memprogramkan revitalisasi
drainase. Menurutnya, peran tersebut telah dibantu dengan adanya ribuan
sumur resapan dalam di DKI.
"Kita optimalkan dengan sumur resapan. Karena kalau bicara drainase, memang sudah overload karena buangan rumah tangga ke situ juga, jadi memang harus ada program khusus," ujar Manggas.
73
Pompa Rusak Pembangunan rumah pompa di Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta
Utara, adalah titik terakhir tinjauan Jokowi. Di titik inilah yang
memegang peranan cukup penting dalam pengendalian banjir di Jakarta.
Pasalnya, bencana banjir yang melanda DKI awal 2013 lalu, sedikit banyak
disebabkan banyaknya pompa penyedot air ke dalam sungai, mengalami
kerusakan. Setelah diinventarisir benar saja, dari 500 pompa, 73 di
antaranya tidak bisa terpakai.
"Kalau pompa air mati, kan airnya
menggenang, harusnya disedot terus dialiri ke laut, ini malah
menggenang banjir di mana-mana," lanjut Jokowi.
Jokowi pun
menargetkan kerusakan pompa itu November 2013 mendatang. Tidak hanya
memperbaiki pompa, Dinas PU juga tengah membangun sebanyak 10 unit pompa
yang terdiri dari 6 unit di Penjaringan dan 4 di Muara Baru. Jika
seluruh pompa dipelihara baik, Jokowi pun yakin banjir di Jakarta bisa
dikendalikan secara sedini mungkin.
Normalisasi waduk
Tidak
hanya tiga program di atas, Jokowi juga telah menormalisasi 12 waduk
pengendali banjir di Jakarta. Di antaranya adalah Waduk Pluit, Waduk Ria
Rio, Waduk Tomang Barat, Waduk Pondok Labu.
Dari 12 waduk
tersebut, hanya Pluit serta Ria Rio yang mengharuskan merelokasi warga
terlebih dahulu sebelum melaksanakan normalisasi. "Kita harap pengerukan
yang sekarang dilakukan sudah mampu memfungsikan lagi waduk yang sudah
puluhan tahun tidak disentuh," ujar Jokowi.
Terakhir, program
yang dipaparkan Jokowi adalah pemasangan CCTV di 130 rumah pompa DKI
yang langsung tersambung ke kantornya. Dengan demikian, Jokowi dapat
sewaktu-waktu memantau kondisi pompa penyedot dan bisa mengambil
keputusan lapangan secara cepat dan tepat.
Pemprov DKI juga
membentuk Satuan Tugas Banjir yang terdiri dari lintas Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), mulai dari Badan Penanggulangan Bencana
Daerah(BPBD), Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas Kesehatan dan
dinas-dinas lainnya.
"Satgas banjir itu untuk merespon aduan
masyarakat, misalnya kalinya banyak endapan, laporan genangan air di
jalan dan sebagainya agar kita segera meresponnya dengan cepat," ujar
Manggas.
Musim hujan di akhir 2013 ini, tepat satu tahun Jokowi
memimpin Ibu Kota, dapat menjadi ujian berat baginya. Berhasil atau
tidaknya Jokowi melewati ujian tersebut, ditentukan banyaknya atau
sedikitnya titik banjir di Jakarta.
Meski, di akhir-akhir
pemaparan, Jokowi sempat berseloroh. "Jangan harap banjir bisa dapat
selesai begitu sa ja. Balik lagi ke cerita Wali Kota Rotterdam, butuh
berapa lama mereka atasi banjir? 200 tahun," ujar Jokowi.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar