Senin, 17 Juni 2013

Jokowi Nyapres 2014 Oke, Tapi Lebih Dahsyat 2019

Suara-suara yang menginginkan Gubernur DKI, Joko Widodo (Jokowi) maju menjadi Capres di Pilpres 2014 cukup kencang. Tetapi menurut peneliti politik senior LIPI, Siti Zuhro, Jokowi akan lebih kuat jika berkompetisi di Pilpres 2019.
"Ketika pak Jokowi muncul di 2019 menurut gambaran saya, dia sudah melakukan sesuatu yang luar biasa untuk DKI," kata Siti Zuhro, Minggu (16/6/2013).
Menurut Siti, 2019 Jokowi tidak membutuhkan banyak modal untuk berkampanye. Dari Sampai Merauke akan mengenal pria asal Solo itu dengan baik.
"Dari Sabang sampai Merauke nggak ada lagi istilah politik transaksional, nggak perlu money politics," tambah Siti.
Program-program yang dijalankan Jokowi saat ini dinilainya sudah sangat bagus. Jika Jokowi mampu menjalankan dengan baik hingga akhir masa kerja akan menjadi modal politik yang sangat kuat.
"Jokowi bisa jadi amunisi yang ampuh pada 2019," tutupnya.



Dukungan kepada Jokowi untuk merebut tahta RI-1 kian lama kian meluas, spanduk-spanduk Joko Widodo 'Presiden 2014' beterbangan dimana-mana mencuri, perhatian publik. Spanduk itu dipasang mulai dari Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga pusat keramaian bauk diluar Jakarta maupun di daerah. Meski Jokowi merasa kaget dengan spanduk-spanduk yang mengusungnya menjadi capres, tetapi tetap saja spanduk-spanduk itu muncul dimana-mana.
Hingga berita ini diturunkan, Jokowi masih pada pendiriannya untuk tidak memikirkan maju bertarung memperebutkan kursi RI-1. Jokowi juga tidak tahu si pemasang spanduk tersebut.

Berikut spanduk-spanduk yang pernah dipasang mengusung tema 'Jokowi Presiden' :

Mejeng di KPK
Belasan orang mengatasnamakan Grup Media Sosial Jokowi Presidenku mendatangi Kantor KPK. Setibanya di lokasi mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Jokowi Presidenku 2014".
"Kami ingin menemui pimpinan KPK, melaporkan 32 nama anggota DPRD DKI Jakarta yang mengajukan interpelasi dan ingin memakzulkan Jokowi," ujar Yanes Yosua Frans, ketua rombongan, di Kantor KPK, Jl. HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (28/5/2013).
Menurut grup media sosial Jokowi Presidenku, munculnya wacana pengajuan interpelasi kepada Jokowi, karena ketakutan para anggota dewan. Anggota DPRD DKI Jakarta ketakutan karena KPK akan menempatkan petugas di Pemda DKI Jakarta.
"Para anggota dewan itu gerah karena Jokowi bekerjasama dengan KPK untuk memastikan transparansi birokrasi," tambah Yanes yang juga koordinator aksi ini.
Saat ini kesepuluh orang itu sedang menemui pimpinan KPK. Belum diketahui siapa pimpinan KPK yang menemui mereka.
Wacana pengajuan hak interpelasi memang dimunculkan DPRD DKI beberapa waktu belakangan. Mundurnya beberapa rumah sakit dari program KJS menjadi alasan pengajuan hak interpelasi ini.



Bundaran HI
Puluhan pendukung Jokowi melakukan aksi di Bundaran HI. Mereka mendesak Jokowi untuk menjadi presiden pada 2014 nanti. Mereka mengaku berasal dari grup akun Facebook Jokowi Presidenku. Grup tersebut berdiri sejak Desember 2012 dan beranggotakan 50 ribu akun.
Pendukung sebanyak 75 orang ini mengenakan kaos putih bertuliskan '2014 Jokowi Presidenku'. Mereka juga menggelar spanduk bertuliskan Jokowi Presidenku 2014, Gerakan Penyelamat Bangsa Menuju Indonesia Baru.
"Kami mendesak Jokowi sebagai Presiden 2014. Kami sangat yakin dengan kinerja beliau," ujar salah seorang anggota, Sihol Manulang, di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (19/5/2013).
Meskipun hingga saat ini belum ada pernyataan kesediaan dari Jokowi, mereka akan terus melakukan aksi untuk mendesak Jokowi. Sihol yakin, pada saatnya nanti Jokowi akan bersedia.
"Jokowi sayang rakyat. Jika rakyat datang minta dia, dia tidak akan tolak," ujarnya.
Menurutnya, selama ini belum ada pemimpin yang totalitasnya seperti Jokowi. Mereka bahkan akan menuntut Jokowi jika pada pemilu 2014 Jokowi tidak bersedia menjadi presiden.
"Jika Jokowi menolak jadi presiden dan orang lain yang menjadi presiden lalu negeri ini hancur, kami akan tuntut Jokowi," ucapnya.
Sihol mengatakan, sebagai petinggi PDIP, Megawati tidak perlu ragu untuk mengusung Jokowi sebagai presiden pada Pilpres 2014. Sebab menurutnya jika menunggu Pilpres 2019 terlalu lama.
"Jokowi anak ideologis Soekarno. Mega tidak perlu takut. Dia akan lebih besar kalau memilih Jokowi," terang Sihol.
Ia mengaku belum pernah bertemu langsung dengan Jokowi. Namun ia yakin jika Jokowi menjadi presiden, clean and good governance di Indonesia akan terwujud.
"Sekarang kan banyak yang menuntut revolusi. Revolusi akan segera terjadi jika Jokowi menjadi presiden," tandasnya.



Jokowi-Hatta di Solo
Sejumlah spanduk besar kandidat pasangan capres terpasang di Solo. Isinya adalah dukungan untuk Jokowi - Hatta Rajasa untuk Pilpres 2014.
Spanduk tersebut dipasang di sejumlah lokasi. Ukurannya sama, isinya sama dan demikian pula waku pemasangannya, nyaris berbarengan. Spanduk berukuran 1 meter x 5 meter dengan warna dasar merah putih bertuliskan 'Berdela-PAN mendukung JOKO WI & Hatta Rajasa Pada Pilpres 2014-2019, AYO DUKUNG WONG SOLO' ini terpasang di sejumlah jalan protokol di Solo.
Cipto Sumarto, penjual rokok di dekat perempatan Sangkrah, Pasarkliwon, Solo, mengaku baru tadi pagi melhat spanduk besar itu terpasang di dekat warungnya. Dia menduga spanduk itu dipasang tadi malam.
Tidak ada simbol partai, namun pengurus PAN setempat tidak menampik jika spanduk itu dipasang oleh simpatisannya. Upaya untuk mencari dukungan dan warga Solo.
Ketua DPD PAN Solo, Umar Hasyim, mengaku mengetahui keberadaan spanduk-spanduk itu meskipun dia mengelak spanduk itu disebut dipasang oleh partainya. Namun dia tidak menampik jika disebut spanduk tersebut dipasang oleh simpatisan PAN di Solo untuk meraih simpati warga Solo dengan membawa nama Jokowi yang saat ini sedang naik daun di kancah politik nasional.
"Saya hargai itu sebagai aspirasi dari anak-anak muda PAN. Spanduk tersebut merupakan aspirasi akar rumput dan kami akan merespons dengan menyampaikan asprasi itu kepada DPP PAN di Jakarta," kata Umar, Jumat (26/4/2013).
Sedangkan Jokowi memilih untuk tidak memikirkan spanduk dukungan Jokowi-Hatta di Pilpres 2014 yang bertebaran di Solo.
"Saya itu nggak mikir. Kemarin itu kan sudah ada polling, disandingkan dengan yang ini, terus sekarang dengan Pak Hatta, nggak ngerti saya. Saya juga nggak minta, dan nggak ada yang memberi tahu saya," kata Jokowi kepada wartawan di Balaikota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jumat (26/4/2013) petang.
Jokowi mengaku tidak memikirkan survei capres. Namun Jokowi masih bertanya-tanya, siapa yang memasang spanduk yang membuatnya kaget itu.
"Tapi saya mau nanya loh, itu kok bisa di Solo ya? Ya sudah nanti kita cek," tanya Jokowi sembari tersenyum.
Menurut Jokowi, pemasangan spanduk seperti itu harusnya memberi tahu dulu. "Untuk etikanya harusnya ada pemberitahuan dululah biar nggak kaget," lanjutnya masih sembari tersenyum.



Referensi :
Topik Kompas : "Sabar, Momentum Jokowi Tahun 2019"
Merdeka.com : "Pengamat: Jokowi bisa dicemooh jika dipaksakan jadi capres 2014"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar