Senin, 17 Juni 2013

Waspadai Motif Lain di Balik Dukungan Jokowi Nyapres

Dukungan untuk mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi calon presiden (Capres) di Pemilu 2014 patut diwaspadai. Pasalnya, bukan tak mungkin ada motif lain di balik dukungan tersebut.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto mengatakan, ada dua kemungkinan Jokowi diusung menjadi Capres di Pemilu 2014. Pertama, Jokowi memang diminta oleh partai.
"Misal, Megawati kalau mau maju pasti RI-2 Jokowi. Tapi, kalau Megawati tak memutuskan maju sebagai presiden, maka PDIP tidak punya sosok kuat selain Jokowi," kata Gun Gun, Minggu (16/6/2013).
Kemungkinan kedua adalah patut diduga ada lawan politik yang berupaya menjatuhkan mantan Walikota Solo. Popularitasnya memang dapat membangun harapan masyarakat. Bahkan, sudah lama diprediksi, kesuksesan Jokowi di Pilgub DKI, maka tidak ada yang mengalahkan di 2019 nanti.
Namun, saat ini berbagai upaya menghambat Jokowi sudah banyak dilakukan, seperti program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang kini banyak penolakan dari beberapa rumah sakit dan upaya interpelasi oleh DPRD DKI, serta kini didorong untuk tergoda tawaran jadi Capres.
"Skenarionya mendorong dan membangun persepsi agar Jokowi maju di 2014. Ini juga bisa menjadi alat telikung, karena Jokowi diharapkan dapat membangun Jakarta oleh kelompok rasional yang merupakan kelompok menengah terdidik," paparnya.
Menurut Gun Gun, jika Jokowi terpancing dan memaksakan diri maju pada Pilpres 2014, maka pemilih rasional yang mengusungnya sebagai Gubernur DKI akan kecewa. "Tak hanya itu, Jokowi juga bisa distigmanisasi sebagai pemimpin yang haus jabatan. Itu yang dikhawatirkan," terangnya.
Pakar komunikasi politik itu berharap, Jokowi jangan didorong berlebihan untuk menjadi Capres. Sehingga, menyebabkan kehilangan posisinya sebagai pemimpin transpormatif. "Biar dia menjadi ujian sejarah sukses sebagai Gubernur DKI, seperti publik mencatat dia berhasil di Solo," sambungnya.
Jokowi memang bisa saja menang dalam Pilpres 2014 mendatang, tapi masyarakat akan mencatat itu bukan sebagai pemimpin inspiratif, seperti kesuksesan memenangkan Pilgub DKI sebelumnya.
"Meskipun Jokowi menang, tapi jadi tidak luar biasa, karena maju di 2014. Dia akan dianggap cenderung rakus jabatan. Berbeda jika kalau suskses di DKI dan maju di 2019, dia akan berbeda dan tak tertandingi oleh calon lain," tuntasnya.


Sumber :
okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar