Sekitar 50 orang warga Waduk Pluit, Muara Baru, Penjaringan, Jakarta
Utara, mendatangi Balaikota, Jakarta, Jumat (31/5/2013) pagi.
Mereka mengadu kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) bahwa ada kabar
akan terjadi penggusuran paksa.
Ros (35), warga RT 19 RW 13
Penjaringan, mengungkapkan, isu tersebut berhembus dari seorang warga
bernama Jum. Jum mengatakan, Ketua Pelaksana Pascabanjir Darurat Pluit
bernama Heryanto akan melakukan penggusuran secara paksa 2 atau 3 hari
lagi.
"Katanya warga kita akan digusur secara paksa menggunakan
cara-cara seperti di Kompleks Srikandi, Pulogadung," ujar Ros di
sela-sela aksi.
Ros dan warga lainnya mengaku resah atas isu
penggusuran paksa tersebut. Menurutnya, jika isu penggusuran paksa benar
terjadi, Jokowi dianggap melanggar kesepakatan dengan warga Pluit
sebelumnya. Pasalnya, Jokowi berjanji baru merelokasi warga setelah
rumah susun di Muara Baru, rampung.
"Makanya tujuan kami
datang ke sini, ingin tanya sama Pak Jokowi, apa benar kita mau digusur
paksa menggunakan cara seperti di Srikandi. Kami mau bertemu dengan
Jokowi," lanjut Ros.
Tidak hanya itu, Ros dan warga meminta Jokowi
turun secara langsung untuk bertemu warga. Ros dan warga mengaku kecewa
karena selama ini komunikasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan
warga sekitar Waduk Pluit hanya dengan perangkat RT dan RW, bukan
warga langsung.
Pro-kontra masuk rusun
Meski
warga datang satu tujuan, yaitu untuk menanyakan kepada Gubernur DKI
terkait isu miring gusur paksa yang berhembus, rupanya warga pun masih
ada yang pro dan kontra soal relokasi warga sekitar Waduk Pluit ke
rusun.
Ros mengaku memiliki dua alasan dirinya menolak penggusuran
serta relokasi ke rusun. Pertama, sistem pembayaran rusun yang
masih karut marut. Terutama soal ada oknum yang terlibat jual beli
rusun secara ilegal. Kedua, Ros khawatir taraf kehidupan di rusun tidak
akan meningkat.
"Di rumah ada usaha kecil-kecilan, kalau pindah
saya kerja apa. Belum sewanya mahal, kalau dikasih enggak masalah, tapi
ini bayar," ujar Ros.
Lain Ros, lain pula Lukas (45). Is mengaku
setuju jika warga di sekitar Waduk Pluit direlokasi ke rusun. Apalagi,
rusun tersebut masih berada di sekitar Muara Baru, dekat tempat
tinggalnya kini. Lokasi rusun dekat dengan tempat kerjanya.
"Ya,
kita mau apa lagi. Yang peting dekat tempat kerja dan harga sewanya
murah. Jangan ada permainan. Jadi kita sanggup pindah," ujarnya.
Pantauan Kompas.com,
petugas keamanan di Balaikota tidak membolehkan warga masuk ke kantor
Jokowi. Oleh sebab itu, warga pun menggelar demonstrasi di luar gerbang.
Warga yang terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak itu membentangkan
spanduk berisi tuntutan sambil melakukan orasi politiknya menggunakan
pengeras suara.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar