Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja (PP). Tatkala mendengar nama ini
yang terbayang selalu kekerasan. Wajar memang. Sebab Satpol PP, selama
ini kala beraksi selalu identik dengan kekerasan. Seolah 'tindakan
kasar' tersebut menjadi andalan dalam melakukan tugasnya.
Tidak jarang, aksi penertiban yang dilakukan satuan sipil yang
dibentuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan turunannya ini kerap beradu
fisik dengan masyarakat sipil lainnya. Salah satunya adalah para
pedagang kaki lima (PKL).
Nah, di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, Satpol PP mengalami sejumlah
perubahan, atau lebih tepatnya paradigma.
Tema sentral dari perubahan itu adalah perilaku humanis.
Pendekatan-pendekatan yang halus, tidak mengandalkan main gebuk.
Makanya, senjata utama Satpol PP berupa pentungan dan pisau ditanggalkan
Jokowi.
Bahkan, mantan Wali Kota Solo itu ingin mengubah 'kelamin-kekerasan'
yang sudah kadung lama tersematkan di Satpol PP, yakni dengan
menggantikannya dengan perempuan. Memang, dari 5 ribu personel Satpol PP
didominasi laki-laki, sementara perempuan hanya sekian persen. Walaupun
ia menegaskan masih membutuhkan personel laki-laki.
Satpol PP yang Humanis. Jargon itulah yang saat ini coba ditularkan
Jokowi ke dalam benak para anggota Satpol PP ibu kota. "Yang pasti
Satpol PP di Jakarta akan berbeda dengan yang di Solo. Saya ingin Satpol
PP bekerja dengan cara-cara persuasif namun tetap tegas. Tegas itu
bukan berarti kasar," katanya menegaskan.
"Tegas bukan berarti kasar. Yang paling penting memberikan solusi.
Saya optimistis Satpol PP akan mengedepankan sisi humanis dan tidak ada
lagi tindakan brutal. Kalau bisa jangan menggunakan tameng, pentungan
dan pisau belati," jelasnya.
Jokowi menuturkan Satpol PP yang berada di bawah naungan
masing-masing Pemerintah Daerah merupakan gambaran dari kinerja Pemda.
"Kalau Satpol PP tukang gebuk di mana-mana, pasti pemerintah daerah
juga. Jadi hobinya Satpol PP nggak bak buk seperti itu. Makanya saya harapkan Satpol PP bisa santun dan ramah tapi tetap tegas," pintanya.
Guna memantau agar perilaku humanis di Satpol PP dapat berjalan
efektif dan maksimal, Jokowi pun tak lupa menyiapkan sanksi bagi mereka
yang tidak menuruti perintahnya. Ancaman sanksinya tidak
tanggung-tanggung yakni berupakan pencopotan.
Puncaknya, dari sentuhan Jokowi itu adalah dengan ditunjuknya Asisten
Pemerintahan DKI Jakarta, Sylviana Murni, menjadi kepala Satuan Polisi
Pamong Praja (Kasatpol PP). Meski bersifat sementara, yakni hanya
pelaksana tugas (Plt), dengan ditunjuknya mantan wali kota Jakarta Pusat
itu menggantikan Effendi Anas yang memasuki pensiun, merupakan
penjabaran dari paradigma Satpol PP yang humanis tadi.
Jokowi mengatakan pemilihan Sylviana, karena Effendi Anas jabatannya
sudah diperpanjang dua kali. Pengemar musik rock ini membantah jika
jabatan kasatpol PP akan terus dijabat Sylviana Murni.
Ia mengaku, Silviana Murni menjadi Kasatpol PP hanya merupakan sebuah
kebetulan. Mungkin bisa jadi itu sebuah kebetulan. Sebab, jika menilik
'sejarah' Sylviana, saat ini ia adalah Asisten Pemerintahan DKI Jakarta
di mana di antara tugasnya adalah membawahi Satpol PP.
Jokowi mengatakan kandidat kepala Satpol PP adalah yang bisa
mengorganisasi atau mengkoordinir Satpol PP sehingga Jakarta tertib.
Selain itu, Satpol PP diharapkan membantu polisi dalam hal keamanan
kota.
Menurut dia, siapapun kepala Satpol PP nantinya, adalah membangun
persepsi baru. Di mana Satpol PP memiliki pola baru, paradigma baru, dan
tradisi baru. "Tegas tapi tidak kasar," kata dia menegaskan.
Terlepas itu sebuah kebetulan, namun yang pasti paradigma Satpol PP
Humanis telah berproses. Dari pendekatan yang tidak lagi mengandalkan
pentungan dan pisau, dari menjauhkan aksi main gebuk dan saling kejar,
hingga penempatan sosok perempuan dalam kemepimpinan Satpol PP.
Seperti yang disinggung sebelumnya, Jokowi ingin memberikan solusi
tidak hanya pada perilaku Satpol PP, tapi juga menata kota yang lebih
elok tanpa menimbulkan gesekan sosial.
Sumber :
http://www.republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar