Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi markas Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU). Maksud kunjungan presiden Jokowi kali ini, ingin meminta dukungan ulama
terkait penolakan grasi hukuman mati pengedar narkoba.
"Kami
menyampaikan yang pertama tentang hukuman mati, terutama untuk pengedar
narkoba. Mohon pandangannya dari NU," kata Jokowi usai menggelar
pertemuan tertutup di kantor PBNU Jakarta, rabu (24/12/2014).
Menurutnya
tak hanya hukuman mati pengedar narkoba, pertemuan pun membahas
persoalan radikalisme dan terorisme yang muncul belakangan ini di
Indonesia.
"Kedua terkait terorisme dan radikalisme (di Indonesia)," terang dia.
Masih
menurutnya, dukungan para kiai diperlukan guna memperkuat kebijakan
pemerintah. Hal ini akan mendorong pemerintah mampu bersikap tegas
terhadap berbagai persoalan bangsa ke depan.
"Kita memerlukan
pandangan-pandangan terutama para kyai dalam hal ini ketegasan ke depan
harus diperkuat lagi. Sehingga negara betul-betul memiliki kewibawaan
dalam hal ini (kebijakan)," kata Jokowi.
Bak gayung bersambut, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj mendukung
kebijakan Jokowi. Menurutnya, pengedar narkoba adalah para perusak
generasi muda di Indonesia.
"Hukuman mati terhadap pengedar
apalagi produsen narkoba kami dukung. NU mendukung hukuman mati terhadap
pengedar narkoba bukan pengguna ya," kata Said di kantor PBNU Jakarta,
Rabu (24/12/2014).
Menurutnya kebijakan hukuman mati pengedar narkoba telah sesuai dengan Islam. Hal itu termaktub dalam kitab suci Alquran.
"Sesuai
ayat dalam Alquran yang artinya orang yang di muka bumi membuat
kerusakan harus dibunuh atau dipotong dua tangan, dua kaki, atau
disalib, atau dibuang ke laut, itu Al Quran. Dan sesuai dengan UUD 45
Pasal 28 ayat 2," terang dia.
Masih menurutnya, kiai-kiai NU siap
mendukung penuh kebijakan Presiden Jokowi tersebut. Tak hanya itu,
mereka pun mendukung kebijakan pemerintah yang anti terhadap radikalisme
agama.
"Saat di judicial review di MK pun di tolak, oleh karena
itu kami NU di belakang presiden dan pemerintah menolak grasi pengedar
narkoba. Kedua tentang kelompok teroris, radikalisme dan ISIS, kami
antiterorisme, radikalisme, apalagi ISIS. ISIS itu bukan pejuang tapi
petualang, bahaya ISIS jangan sampai mendapat simpati dan dukungan,"
pungkas dia. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar