Bila tak ada perubahan pikiran, siang ini Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) akan mengumumkan
kabinetnya. Akankah struktur dan komposisi anggotanya berbeda seperti
yang dibayangkan atau sama dari kabinet sebelumnya? Benarkah tanpa syarat atau "tanpa syarat" nya hanya untuk pencitraan Jokowi semata seperti yang selama ini dituduhkan oleh kubu Koalisi Merah Putih pimpinan Prabowo Subianto.
Kalau benar-benar murni tanpa syarat, apakah Jokowi benar-benar berani head to head dengan DPR ataukan kembali lagi ke pencitraan "ngomong berani, tapi takut"?
Semenjak resmi Jokowi diusung PDIP mengikuti Pilpres 2014, struktur
kabinetnya memancing rasa penasaran para penggiat dan pemerhati politik
nasional. Jokowi sedari awal menekankan bahwa syarat bagi parpol yang
ingin mendukungnya adalah tanpa syarat.
Selama ini masyarakat menyakini arti tanpa syarat adalah tidak ada
'balas jasa' bagi mereka berupa kursi kementerian kabinetnya, tidak juga
posisi di BUMN, tidak jatah proyek. Dan masyarat tentu saja menduga bahwa Jokowi akan membentuk kabinet tanpa mengakomodasi parpol pendukung yang menyodorkan menteri yang "bodo" apalagi "nyolongan". Jokowi haruslah membentuk kabinet
kerja, yang beranggotakan profesional yang berkualifikasi mumpungi untuk
memimpin kementerian masing-masing.
Syarat tanpa syarat itu diamini oleh PDIP, NasDem, PKB, Hanura dan PKPI
ketika meneken pakta dukungan terhadap Jokowi-JK. Padahal mereka pun
tahu benar menteri adalah jabatan politis. Kebersamaan di dalam parlemen
haruslah tercermin dalam ujud kebersamaan di pemerintahan, pun
sebaliknya.
Di dalam perjalanan akhir masa kampanye, parpol mulai memberi 'tafsir'
implementasi syarat tanpa syarat. Intinya mereka berharap 'balas jasa'
atas jerih payahnya mengusung Jokowi-JK.
"Jangan sampai salam dua jari jadinya salam gigit jari," seloroh Ketum
DPP PKB Muhaimin Iskandar dalam syukuran harlah PKB bulan lalu.
Elit parpol lain tidak ketinggalan. Di dalam berbagai kesempatan mereka
nyatakan menjadi kader parpol bukan berarti tidak punya profesionalitas
di bidang kerja. Parpol punya banyak kader dan simpatisan dengan
kompentensi, kapasitas dan kapabilitas menjadi menteri.
Lainnya adalah bantahan bahwa kader parpol yang jadi menteri pasti
korupsi. Memang ada saja menteri kader parpol yang jadi tersangka kasus
korupsi, tetapi jangan digerenalisasi.
Di luar komposisi berapa menteri dari parpol dan non partisan, tak ada
yang membuat penasaran. Dua pekan terakhir satu per satu mulai terjawab.
Isu perampingan kabinet hampir pasti menguap, sebab salah satu opsi
jumlah kementerian adalah 34, seperti era Presiden SBY. Di antaranya
adalah kementerian lama yang digabung, dipecah dan tiga bentukan baru.
Siapa saja bakal calon menteri? Semua nama-namanya sering bersliweran di
media massa. Sayangnya hari ini terlalu dini buat memastikan siapa yang
jadi. [metrotvnews]
SUNATULLAH BERLAKU DIMUKA BUMI INI KALAU ADA AKSI MAKA PASTI AKAN ADA REAKSI. BILA MANUSIA BERUSAHA SUNGGUH2 TUHAN PASTI AKAN BERIKAN BALASANNYA ( KITAB SUCI ). BEGITULAH HUKUM2 TUHAN YANG BERLAKU DI BUMI INI.
BalasHapus