Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) akan menemui Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) di Bali hari ini. Politikus senior PDIP Pramono Anung
mengatakan selain memprioritaskan pembahasan transisi pemerintahan dari
SBY ke Jokowi, pertemuan itu bakal membicarakan persoalan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga subsisi bahan bakar minyak
(BBM).
“Tentunya transisi peralihan pemerintahan dari Pak SBY ke
Pak Jokowi. Jadi, ada beberapa hal yang dibicarakan oleh presiden dan
presiden terpilih. Di antara hal yang krusial adalah menyikapi persoalan
terkait APBN. Sekarang ini memang APBN di tahun 2014 ini kan ruang dan
posturnya fleksibilitas kan kecil sekali ya. Apalagi Pak Jokowi di dalam
kampanye-kampanye selalu menyampaikan program penyesuaian di dalam
postur APBN yang baru,” ujar Pramono di Gedung DPR, Senayan, Jakarta,
Rabu (27/8/2014).
Pramono yang juga Wakil Ketua DPR itu
menambahkan persoalan lain yang akan dibahas adalah subsidi BBM.
Menurutnya, dengan beban subsidi yang besar, persoalan BBM ini
mempengaruhi fleksibilitas dari keseluruhan APBN. Disinggung kemungkinan
pembicaraan peluang menaikan harga BBM di masa pemerintahan SBY saat
ini, dia enggan berspekulasi.
“Itu pasti menjadi kewenangan
beliau berdua. Dan, pasti tidak akan spesifik seperti itu. Kita tahu
beban subsidi kita sudah besar, beban BBM ini mempengaruhi fleksibiltas
dari APBN kita. Yang jelas, pasti ada solusi yang diambil dari beliau
berdua. Kan ini kan untuk kepentingan pemerintahan, bukan kepentingan
periodesasi dari mereka tetapi bagaimana pembangunan yang relatif baik
ini bisa dilanjutkan dan ditingkatkan lebih baik lagi dalam pemerintahan
Jokowi nanti,” sebutnya.
Kemudian, dia menyinggung
penyelenggaraan Pilpres 2014 juga akan dibicarakan dalam pertemuan SBY
dengan Jokowi. Meski ada ketegangan, dia meyakini jika Pilpres tahun ini
merupakan kali pertama peralihan kepemimpinan yang berlangsung damai.
“Walaupun
ada ketegangannya ya. Dulu antara pak SBY dan Bu Mega damai juga ya.
Tapi, ini kan dengan ketegangan seperti itu kita bisa melewati. Kita
berharap bisa menjadi rol model demokrasi di dunia. Jadi, pertemuan
antara dua pimpinan ini akan sangat penting bagi kelangsungan kebangsaan
kita,” kata politikus asal Kediri, Jawa Timur tersebut.
Lantas,
ditanya peluang pembicaraan masalah koalisi antara PDIP dengan Partai
Demokrat, Pramono enggan berandai-andai. Namun, yang perlu ditegaskan
menurutnya sejauh ini hubungan antara SBY dengan Jokowi berjalan baik.
Dia mengatakan hubungan ini tidak perlu berada di pemerintahan karena
bisa juga bekerjasama di parlemen.
“Ya saya tidak mau
berandai-andai. Tapi, kalau dari komunikasi PDIP dengan Demokrat yaitu
Pak JokowI dengan Pak SBY kan komunikasinya sangat baik, sehingga tidak
ada hambatan. Saya melihat Demokrat menyampaikkan secara terbuka mereka
akan menjadi penyeimbang. Tentunya itu akan kita hormati. Itu kan tidak
harus di pemerintahan, bisa juga kerjasama itu dilakukan di parlemen.
Tapi, apakah agenda itu menjadi bagian pertemuan, hanya Pak SBY dan
Jokowi yang tahu,” ujarnya.
SBY Pasti Tolak Naikkan Harga BBM
Dialog keduanya mengenai Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015, bakal tidak mencapai titik
temu soal kenaikan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung
yang menegaskan sikap pemerintah untuk tidak menaikkan harga jual
premium dan solar. "Pemerintahan SBY menilai sudah cukup beban tersebut
ditanggung masyarakat. Sehingga tidak selayaknya diberikan beban lagi,"
kata pria akrab disapa CT itu seperti dikutip dari laman setkab.go.id.
Rabu (27/8).
Dia mengatakan pemerintah dalam waktu berdekatan sudah membebani
inflasi yang ditanggung masyarakat. Pertama, karena harga BBM sudah
dinaikkan 33 persen pada 2013 lalu. Ditambah dengan adanya kenaikan
tarif dasar listrik (TDL) bertahap pada tahun ini.
Dengan rasionalisasi itu, CT menegaskan bosnya, bukan berarti takut
menaikkan harga BBM seperti disuarakan beberapa politikus pendukung
Jokowi-JK. Pemerintah khawatir kalau harga jual BBM naik jelang dua
bulan berakhirnya kabinet SBY, maka inflasi bisa meningkat tajam.
"(Inflasi) Ini keprihatinan pemerintah sekarang. Oleh karenanya,
langkah-langkah yang diambil masih langkah-langkah penghematan yang
tidak menimbulkan dampak langsung pada masyarakat," ungkapnya. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar