Presiden Joko Widodo mengungkapkan dirinya tidak peduli isu HAM terkait dugaan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono terlibat pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
"Itu kan katanya dan diduga. Kita ini repot kalau diduga-duga gitu," ujar Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Senin (11/8/2014).
Presiden yang masih merangkap sebagai Gubernur DKI Jakarta ini mengaku ditunjuknya Hendropriyono lantaran
memiliki latar belakang yang mumpuni di bidang intelijen maupun di
bidang militer.
"Ya tentu saja (menunjuk Hendropriyono). Yang sudah malang melintang
di mana-mana. Pengalaman itu kan tidak hanya masalah ekonomi, politik,
sosial. Tetapi juga masalah keamanan," kata Jokowi.
Mantan Walikota Solo ini pun kemudian membantah bahwa ditunjuknya
Hendropriyono sebagai penasehat senior Tim Transisi Jokowi-JK karena ada
rekomendasi dari partai.
"Enggak ada. Kami ini posisinya memburu kok. Itu (proses penunjukkan)
melalui diskusi-diskusi kami (Tim Transisi Jokowi-JK)," kata Jokowi.
Seperti diberitakan sebelumnya, nama Hendropriyono ditunjuk oleh Tim
Transisi Jokowi-JK sebagai penasehat senior pada hari Sabtu, 9 Agustus
2014 dua hari lalu. Penunjukkan ini mendapat kecaman dari Komisi untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Koordinator Kontras, Haris Azhar mempertanyakan penunjukkan
Hendropriyono sebagai penasehat senior oleh Tim Transisi Jokowi-JK.
Pasalnya, Hendropriyono diduga kuat sebagai seorang yang bertanggung
jawab dalam pembantaian Talangsari.
"Joko Widodo sepatutnya paham dengan sejumlah kejahatan kemanusiaan
di Indonesia, dimana salah satu kasusnya itu adalah Talangsari 1989 atau
pelakunya adalah Hendropriyono," kata Haris, Minggu (10/8/2014) lalu.
Selain itu, Haris juga mengungkapkan Hendropriyono juga diduga
terkait dalam kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir yang dilakukan oleh
agen BIN pada masa kepemimpinannya. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar