Sabtu, 12 Juli 2014

Surat Terbuka untuk Sang Ketua Umum PAN

Saudaraku Hatta Rajasa yang saya hormati,Sebagai orang yang ikut mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN), dan sebagai mantan pengurus dan mantan ketua fraksi PAN di DPR RI, walau saya sudah agak lama tidak terlibat dalam kegiatan partai, hati saya masih bersama PAN. Saya bersyukur telah menjadi bagian dari berdirinya sebuah partai yang pada awalnya dimaksudkan sebagai partai plural dan inklusif, bersendikan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.
Partai yang menjadi pelopor reformasi tanpa beban masa lalu.
Namun demikian sangat disayangkan, dalam perjalanannya PAN sedikit demi sedikit tapi pasti telah bermetamorfosa menjadi partai pragmatis berorientasi kekuasaan. Tidak ada salahnya sebuah partai berupaya meraih kekuasaan asal dilakukan demi tujuan mulia memperbaiki nasib rakyat banyak melalui prinsip kejujuran, etika, dan kepentingan jangka panjang bangsa.Puncak kekecewaan saya terjadi ketika PAN bergabung dengan sekelompok partai-partai yang banyak bermasalah dalam mendukung seorang calon presiden 2014 yang latar belakang dan misinya tidak sejalan dengan prinsip utama didirikannya PAN. Bahkan lebih dari itu, PAN telah menempatkan ketua umumnya sebagai calon wakil presidennya.
Kemudian, dalam proses kampanye untuk mensukseskan calon presiden itu, kita semua tahu bahwa PAN telah membiarkan  segala cara termasuk cara-cara yang tidak terhormat untuk menjatuhkan lawannya, tidak peduli konsekwensi buruk yang ditimpakan kepada bangsa yang sedang membangun sistem demokrasi yang sehat. Saudara Hatta,Kita tinggalkan yang sudah terlanjur dan marilah kita sekarang menatap kedepan. Sebagai partai yang lahir dari rahim reformasi, PAN boleh dikatakan sebagai partai yang relatif masih lebih bersih dibanding beberapa partai lain yang sudah banyak berlumuran masalah. Sebagai politisi dan negarawan yang sudah sangat berpengalaman dalam berbagai posisi pemerintahan, anda sendiri saudara Hatta adalah aset partai dan aset bangsa yang tinggi nilainya. Agar semua ini tidak terbuang sia-sia, pada saat-saat menentukan hari-hari ini, pilihan yang ada di depan kita adalah mengambil sikap yang dapat menyelamatkan partai dan sekaligus menjaga stabilitas negeri atau sikap yang bisa memperpanjang ketidakpastian dan berpotensi menciptakan konflik antar sesama.
Keputusan akhir siapa yang akan memenangkan pemilihan umum presiden tahun ini memang berada ditangan KPU. Kita semua harus menunggu saat KPU mengumumkan dengan resmi pada tanggal 22 Juli mendatang. Namun demikian, delapan lembaga survei yang kredibel telah mengindikasikan melalui hitung cepat bahwa pemenangnya adalah pasangan Jokowi-JK. Prestasi lembaga-lembaga survei tersebut telah terbukti akurat pada pemilu-pemilu sebelum ini. Bahkan juga pada pemilu legislatif yang baru lalu.Menunggu hasil resmi KPU tidaklah salah, tapi menyatakan diri “menang” atas dasar hasil hitung cepat lembaga-lembaga yang tidak bertanggungjawab adalah sikap yang memalukan. Bahkan menimbulkan kecurigaan macam-macam tentang kemungkinan rencana pengotoran proses penghitungan suara. Lebih dari itu, bahkan bisa menimbulkan konflik antar sesama warga yang membahayakan keamanan dan kelangsungan hidup berdemokrasi.
Pernyataan “akan mengawal kemenangan Prabowo sampai ke Mahkamah Konstitusi” oleh ketua timses Prabowo-Hatta adalah sikap apriori, seakan-akan apapun hasil pengumuman resmi KPU nanti jika mengunggulkan pihak lawan akan digugat. Semua ini membuat kita khawatir pemerintahan macam apa yang akan berkuasa di negeri ini bila Prabowo menang. Sebagai negarawan dan ketua umum partai yang bercita-cita mewujudkan sebuah demokrasi yang sehat di negeri ini, sudah selayaknya saudara memelopori mengambil sikap kenegarawanan dengan menghormati hasil hitung cepat lembaga-lembaga yang profesional dan kredibel sambil menunggu hasil resmi KPU. Sudah saatnya saudara mengembalikan marwah PAN sebagai partai yang bermartabat dan menjunjung tinggi etika berdemokrasi.
Adalah juga tanggung jawab saudara untuk meyakinkan partai-partai lain pendukung pencalonan anda untuk bersama-sama tidak mencemari proses pemilihan umum ini dan menghormati aspirasi rakyat.Hanya dengan demikian, insya Allah Partai Amanat Nasional akan terselamatkan dan tetap akan dipandang sebagai partai yang layak dipilih pada pemilu-pemilu mendatang. Pemilihan umum hanya memberikan mandat untuk lima tahun, sedang prospek PAN dan karier anda sendiri masih terbuka lebar sampai puluhan tahun mendatang.

Semoga.
Abdillah Toha

1 komentar:

  1. Assalamu alaikum Wr. Wb.
    Yth. Pak Abdillah Toha.
    Saya selaku masyarakat yg non parpol namun dg background NU sependapat dg keprihatinan Bapak. Di kalangan Muhammadiyah yg menjadi basis PAN, jujur saya menaruh hormat kpd Bpk. Dien Syamsudin dan Bpk. Ahmad Syafii Naarif dr PP Muhammadiyah.
    Namun selain itu, saya juga ingin mengingatkan Bpk bahwa ada "1 lagi" orang di PAN selain Bpk. Hatta Rajasa yg "wajib" mendapatkan sesuatu dr Bpk utk mengingatkannya yaitu Yth. Bpk. Amin Rais karena selama ini sikap dan perilaku yg ditunjukkan beliau yg kerap menyudutkan bahkan berusaha membunuh karakter tokoh lain juga membahayakan stabilitas negara tercinta kita yg Bhinneka Tunggal Ika dg statement terakhirnya yg menyamakan pilpres ini dg "Perang Badar. Sungguh sikap beliau tsb tdk bisa jadi suri tauladan bagi banyak orang dan tak pantas diucapkan sekaliber beliau sbg tokoh nasional dg kedalaman ilmu agama Islam dan politiknya.
    Semoga diantara semua pihak mampu berpikir jernih tanpa dicampuri haus kekuasaan yg berakibat gelapnya mata bathin kita hingga semakin jauh dari pengamalan Al Qur'an dan Hadits.
    Demikian keprihatinan saya ini yg bisa tersampaikan, semoga bangsa, negara dan rakyatnya senantiasa dilindungi oleh Allah SWT dari bujukan syaitan dan tipu muslihat duniawi. Amin.
    Wassalamu alaikum Wr. Wb.
    Agus Prassetya.

    BalasHapus