Presiden Joko Widodo (Jokowi), menghadiri acara
bertajuk 7 Hari Untuk Kemenangan Rakyat yang digelar oleh para seniman
pendukungnya dan Jusuf Kalla. Acara tersebut digelar di Teater Salihara,
Jalan Salihara, Jakarta Selatan, Kamis (17/7/2014).
Mengenakan kemeja putih favoritnya, Jokowi tiba di lokasi sekitar pukul
21.30 WIB. Seperti biasa, kedatangan Jokowi membuat heboh para hadirin.
Sejenak Jokowi tampak menikmati berbagai lagu yang disuguhkan oleh para
seniman.
Mulut dan kaki Jokowi bergerak ketika lagu The Beatles berjudul All You Need Is Love
dibawakan oleh salah seorang pria berbaju kotak-kotak. Tak salah bila
Bekas Wali Kota Surakarta ini dinilai mencintai seni musik.
Jokowi juga disuguhi lagu gubahan Ridho Slank berjudul Indonesia Pusaka yang diaransemen langsung di Studio Ismail Marzuki.
Ridho berharap, jika jadi presiden, Jokowi tetap mau mengikuti pertunjukan yang diadakan oleh grup musiknya.
"Kalau Bapak jadi Presiden, tetap datang ke acara kita ya. Soalnya,
selama ini, presiden selalu kabur saat kami akan menyanyi," ucapnya
disambut tawa Gubernur DKI Jakarta nonaktif ini.
Acara tersebut semakin kocak saat pembawa acara Indra Bekti turut bernyanyi bersama Ridho dan Abdi Slank lagu berjudul Where Are You Mr President. Jokowi terbahak sembari bertepuk tangan melihat aksi mereka.
Saat Jokowi diminta tampil kedepan bernyanyi bersama Abdi, Jokowi
menolak dan hanya melambaikan tangannya. Dia tersenyum mengisyaratkan
tidak percaya diri bernyanyi bersama salah seorang anggota grup Slank
itu.
Acara yang diperuntukkan bagi Jokowi ini akan berlangsung hingga
pengumuman hasil rekapitulasi KPU pada 22 Juli. Acara itu dimulai dengan
penampilan 7 gitaris pada 17 Juli, kemudian pembacaan nukilan buku oleh
7 penulis 18 Juli, dilanjutkan penampilan 7 stand-up komedian.
Pada 20 Juli akan ada penampilan 7 pianis, lalu sehari kemudian ada
penampilan 7 rapper dan terakhir, 22 Juli dimeriahkan penampilan 7
vokalis.
Sementara pada 23 Juli digelar Pesta Kemenangan Rakyat. Beberapa musisi
dan seniman yang terlibat di antaranya, Ridho Slank, Abdee Negara, Dewa
Budjana, Fia Pop The Disco, Gerald Situmorang, Titi Jalanan, Meng,
Marzuki Mohammad, Yacko, Jflow, Ernest Prakasa, Arie Kriting, Mongol
Stres, Muhadkly Acho, Soleh Solihun, David Nurbianto, Bene Dion
Rajagukguk, Olga Lydia, Indra Bekti, Imam Darto, Aline Adita, Leila S.
Chudori, Ayu Utami, Dira Sugandi.
Berebut Selfie
Aura Jokowi masih belum redup di antara gempuran kampanye hitam.
Bak selebritis, dia disambut meriah saat menghadiri acara bertajuk 7
Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jalan Salihara, Jakarta
Selatan, Kamis (17/7/2014).
Entah magnet apa yang melekat pada sosok ndeso Jokowi, para artis,
seniman dan budayawan, seperti Mira Lesmana, Indra Bekti, Joko Anwar,
Riri Riza, Olga Lidya, Mira Sugandi, Goenawan Muhammad dan JFlow berebut
selfie di sela-sela acara.
Raut wajah Jokowi tampak begitu berseri saat mereka menyerbu dan saling
sikut demi masuk dalam sebuah kamera. Apalagi, sebelumnya sang pembawa
acara, Indra Bekti sudah memberi kode soal selfi bersama.
"Kita kedatangan presiden rakyat. Nanti kita selfie ya Pak, hehe," seloroh Bekti disambut tawa undangan.
Usai berfoto, Jokowi lalu didaulat ke panggung untuk menggambar di atas
wall of fame berukuran raksasa. Lucunya, Indra dan Olga masih saja
menyempatkan diri foto bersama pria kelahiran Solo tersebut.
"Ayo pak kita selfie," ujar Bekti disambut teriakan penonton.
Lukisan Jay Subiakto
Ada yang menarik dalam pentas "7 Hari Untuk Kemenangan Rakyat" yang
digelar di markas Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, pada Kamis malam 17 Juli 2014. Seniman serba bisa, Jay Subiakto, memeriahkan acara itu
dengan menunjukkan kebolehannya dalam melukis.
Dalam acara yang digelar seniman-seniman pendukung capres dan cawapres
nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) itu, Jay melukis
potret wajah penyair Wiji Thukul di kanvas besar yang berada di belakang
panggung.
Dalam acara itu, calon presiden Joko Widodo juga menyempatkan hadir dan
melihat aksi Jay dalam menorehkan cat. Di hadapan Jokowi Jay dengan
tegas mengenalkan sosok dalam lukisannya.
"Wiji adalah idola saya. Ia hilang di tahun 1998. Masih ingatkah kau
denganku, Jendral?," ungkap Jay menirukan tulisan yang dibuatnya di
kanvas.
Penerima penghargaan Tokoh Seni 2011 versi Majalah Tempo itu mengaku
banyak melakukan observasi dengan bertanya langsung pada orang-orang
yang mengalami gejolak politik di Indonesia pada 1998.
"Wiji Thukul itu kan hanya seniman. Hidupnya lahir dari kata-kata, kok
sampai sebegitunya dihilangkan?," keluh Jay dengan nada kesal.
Lebih lanjut, Jay berharap agar kebenaran sejarah semakin dibuka lebar agar generasi muda tidak buta pada sejarah.
"Informasi itu penting. Kebanyakan anak-anak sekarang nggak tau sejarah
masa lalu karena nggak pernah ditulis di buku-buku sejarah. Makanya,
bisa dibilang (gambar) ini sebagai sarana juga untuk memlerkenalkan
mereka akan sejarah," tukasnya.
Menurut agenda, beberapa seniman secara kolektif membubuhkan karya dalam
satu kanvas hingga pentas "7 Hari Untuk Kemenangan Rakyat" selesai
digelar pada 23 Juli mendatang, sehari setelah KPU mengumumkan hasil
perhitungan pemilihan presiden.
Todong Jokowi
Pemandangan unik terlihat di Teater Salihara Kamis malam 17 Juli 2014.
Usai memainkan repertoar intrumentalnya, gitaris band GIGI, Dewa Budjana
meminta tandatangan capres nomor urut 2, Joko Widodo yang nampak hadir
dalam pertunjukan seni bertajuk "7 Hari Menuju Kemenangan Rakyat".
"Boleh Pak, tandatangani gitar Saya?," pinta Budjana kepada Jokowi.
Mendengar permintaan tersebut, Jokowi pun tersenyum sembari maju untuk
membubuhkan tandatangan di gitar Parker berwarna biru milik musisi yang
telah lebih dari 30 tahun berkiprah di dunia musik itu.
"Saya mau buat museum di Bali, karna (saya) membuatnya museum gitar,
jadi ditandatangan cuma sama gitaris, Pak Jokowi lah satu-satunya
politisi yang kasih tanda tangan," lanjut Budjana disusul tepuk tangan
penonton.
Sebelum meminta tanda tangan, gitaris berusia 50 tahun itu sempat
bercerita mengenai pengalaman Pemilu yang dilaluinya. "Saya ini
sebetulnya selalu golput, terakhir nyoblos (tahun) 1997 dan kemarin (9
Juli), saya mulai gunakan hak suara lagi," tegasnya.
Budjana juga tidak sungkan mengakui mencoblos nomor urut 2 sebagai pilihannya.
Pilihan Budjana terhadap Jokowi bukanlah tanpa alasan. Ia berpendapat,
jika Indonesia membutuhkan pemimpin yang mendukung pluralisme, mengingat
Indonesia terdiri dari banyak suku dan agama. "Saya pilih Jokowi karena
dia tidak pernah mempermasalahkan pluralisme," tandas pria yang
memiliki lebih dari 200 gitar itu. [metrotvnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar