Meski berseberangan dalam mengusung calon presiden dan wakil presiden
saat pemilihan presiden (pilpres), Presiden Terpilih periode 2014-2019,
Joko Widodo (Jokowi) mengajak partai yang berada dalam Partai Koalisi
Merah Putih bergabung bersama dirinya untuk membangun Indonesia.
Partai yang bergabung dalam Koalisi Merah Putih yang mengusung
pasangan Prabowo-Hatta Radjasa ini terdiri dari Partai Gerindra, Golkar,
PPP, PAN, dan PKS.
“Saya membuka peluang bagi kelima partai tersebut untuk bergabung
dalam pemerintahan Indonesia. Karena kelima partai ini kuat dalam
parlemen,” kata Jokowi di rumah dinasnya, Jalan Taman Suropati No. 7,
Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2014).
Sebab, lima partai yang mendukungnya yaitu PDI-P, Partai Nasdem,
Partai Hanura, PKB dan PKPI hanya mempunyai suara 37% di dalam parlemen
atau DPR RI. Selebihnya sekitar 63% suara ada ditangan partai Koalisi
Merah Putih.
“Kalau bergabung dan kuat di parlemen, maka program pemerintah dapat berjalan dengan lancar,” ujarnya.
Meski mengajak bergabung, Jokowi tetap menegaskan tidak ada transaksi
apa pun dalam koalisinya. Semuanya berdasarkan kepentingan rakyat
Indonesia untuk membangun negara Indonesia.
“Kita kan butuh parlemen yang kuat. Tetapi tanpa syarat, ya. Tidak
ada transaksi posisi atau jabatan apapun. Kerja sama yang pertama saja
kami enggak beri itu, masa yang kedua kita berikan? Bisa diamuk-amuk
nanti,” tegasnya.
Sebelumnya, Jokowi sempat menyampaikan ada tiga partai dari koalisi
merah putih sedang proses komunikasi untuk merapat. Namun, karena ada
gugatan atas kemenangan dirinya ke Mahkamah Konstitusi (MK) maka proses
merapatnya ketiga partai tersebut ditunda.
"Dalam proses belum rampung. Belum bisa final. Karena sekarang ada proses MK itu jadi belum bisa rampung," ungkap Jokowi.
Sinyal dari Demokrat
Partai Demokrat
terus dikabarkan merapat ke kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla. Meskipun
fraksi partai berlambang bintang mercy itu telah mendeklarasikan diri
bergabung dalam koalisi permanen.
Ketua DPP Demokrat Jafar Hafsah tidak membantah bila pihaknya membuka komunikasi bergabung ke dalam koalisi Jokowi-JK.
"Saya rasa nanti setelah rapi, barulah jelas pemenangnya siapa dan
clear tentunya Demokrat akan berposisi. Bisa saja sekarang di
merah-putih, tapi tidak menutup kemungkinan dengan Jokowi," ungkap Jafar
di kediamannya, Jakarta, Selasa (29/7/2014).
Jafar mengingatkan koalisi permanen tidak diatur Undang-undang.
Menurutnya, koalisi tersebut hanya konvensi dan tidak terwujud dalam
pemahamannya permanen seperti pasangan presiden dan wapres.
"Kalau presiden dan wapres, itu kan benar-benar permanen dan tidak
boleh ada yang keluar satu sama-sama lain. Dalam presidensial tidak
mengenal koalisi. Tapi bagaimana pun wujudnya kita dalam presidensial
tapi aromanya parlemanter karena multi partai," katanya.
Ia pun mengakui adanya komunikasi antara Demokrat dan PDI Perjuangan.
Menurut Jafar komunikasi itu wajar meskipun tidak nampak di publik.
"Komunikasi kita kan lintas partai dan lintas fraksi. Kristalisasi
daripada itu diwujudkan bahwa DPP Partai yang resmi mengeluarkan
keputusan," ujar Ketua Fraksi Demokrat di MPR itu. [beritasatu,tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar