Rabu, 02 Oktober 2013

Lobi Makan Siang ala Jokowi Ampuh Selesaikan Masalah

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) memiliki berbagai cara untuk menyelesaikan masalah, utamanya yang berkaitan langsung dengan warga. Salah satu cara unik yang sering dilakukan yakni dengan diplomasi makan siang. Belum genap satu tahun dirinya menjabat, setidaknya sudah enam kali mengundang warga untuk makan siang di Balaikota DKI Jakarta.
Setelah diajak untuk makan siang, kebanyakan warga langsung menyetujui dengan pilihan yang diberikan oleh orang nomor satu di ibu kota ini. Namun ada pula yang sampai dua kali makan siang yakni pertemuan dengan pemilik metromini yang akan diremajakan.
Biro Kepala Daeran dan Hubungan Luar Negeri (KDH dan KLN) DKI Jakarta mencatat keenam pertemuan makan siang tersebut yakni, dengan warga korban banjir Jakarta Utara pada awal Februari, pemilik Metromini pada bulan Agustus, warga Waduk Ria Rio bulan Setember, dan PKL Blok G Tanah Abang pada September, masing-masing pertemuan makan siang dilakukan satu kali. Selain itu juga dengan warga Waduk Pluit yang dilakukan sebanyak dua kali yakni pada awal dan akhir april.
Kepala Biro KDH dan KLN DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengakui, setiap kali ada pertemuan, pihaknya terlebih dahulu menyiapkan data sebagai bahan diskusi dengan warga. "Ya kami buat dulu apa yang terjadi di lapangan, bagaimana kondisinya, bisa juga masukan dri teman media. Setelah itu kita kasih ke Pak Gubernur. Tapi biasanya dia sudah paham apa yang terjadi," kata Heru, Rabu (2/10/2013).
Menurutnya, setiap pertemuan dengan warga, Jokowi selalu memberikan solusi sehingga warga menerimanya. Ia mencontohkan seperti warga di Waduk Pluit, yang diberikan pilihan untuk pindah ke tempat yang lebih layak yakni di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Marunda. Selain itu, warga juga diberi peringatan jika tinggal di atas waduk melanggar aturan.
"Tehadap PKL Tanah Abang juga begitu. Pak Gubernur ngobrol saja dari hati ke hati. Bahkan beliau juga pernah sampai mengambilkan nasi buat warga. Mempersilakan mereka makan bareng, sambil komunikasi satu sama lain," ujar Heru yang juga selalu ikut dalam setiap pertemuan dengan warga.
Pertemuan terakhir yakni dengan warga Waduk Ria Rio, yang menolak direlokasi. Namun setelah makan siang bersama dengan Jokowi, warga kemudian menyatakan kesiapan untuk pindah ke Rusunawa Pinus Elok. "Ditanya kan sama Pak Gubernur, kenapa tidak mau pindah, padahal di Rusun Pinus Elok semua sudah lengkap. Hidup di sana lebih layak. Tinggal ini diteruskan, direalisasikan dan disosialisasikan oleh camat dan lurah," katanya.
Ia menyebutkan, bahwa pertemuan dengan pemilik Metromini yang paling alot. Padahal, menurutnya Jokowi telah mengungkapkan bahwa peremajaan Metromini adalah untuk kepentingan warga. Mereka beralasan karena membenahi bus itu mahal sehingga keuntungannya jadi kecil.
Sejauh ini, menurut Heru, cara makan siang ini cukup ampuh untuk menyelesaikan masalah. Utamanya untuk mengajak warga yang tinggal di slum area pindah ke rusunawa. "Menurut saya makan siang, warga jadi nurut kok. Tapi kalau tidak diprovokasi ya, kan ada juga tuh yang provokasi, jangan mau dipindah, jangan mau nanti sepi dan sebagainya," katanya.
Rencananya, akan ada makan siang lagi dengan warga Lenteng Agung, yang mendemo lurahnya. Belajar dari pengalaman sebelumnya dirinya optimis jika cara ini juga akan berhasil. "Kita lihat saja. Berkaca makan siang sebelumnya, kenapa ga kita yakin?," tandasnya.

Sumber :
beritajakarta.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar