Warga sisi timur bantaran Waduk Pluit kini mengaku telah pasrah dan
menerima apabila kediaman mereka yang berdiri di atas lahan negara
tersebut dibongkar Pemprov DKI.
Yani (46) warga RT 18 RW 19 Pluit,
Jakarta Utara, mengaku telah membereskan segala perabotannya untuk
pindah ke rumah susun (rusun).
"Ya mau bagaimana lagi, asal Pak
Jokowi (Gubernur DKI) beri kami ganti tempat tinggal yang layak ya mau
tidak mau memang harus pindah," kata Yani, saat ditemui di Waduk Pluit,
Jakarta, Kamis (6/6/2013).
Ibu tiga anak tersebut telah menetap di
bantaran Waduk Pluit sejak 12 tahun yang lalu. Menurutnya, Pemprov DKI
baru bertindak tegas kepada warga bantaran Waduk Pluit saat di bawah
pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Sebab selama ini,
menurutnya, banjir jarang menerjang tempat tinggalnya. Yani adalah warga
asal Madiun, Jawa Timur yang hijrah ke Jakarta untuk mengikuti suaminya
yang bekerja sebagai tukang tambal ban di Pasar Penjaringan.
Untuk
menambah penghasilan keluarganya, Yani membuka warung kelontong di
dekat rumahnya dengan menjual aneka makanan ringan untuk anak-anak.
Dengan
penghasilan Rp 500.000 per bulan dari berdagang kelontong, Yani
berharap kelak di rusun yang ia tempati penghasilannya tidak akan
menyusut.
"Saya sebenarnya ingin pindah ke rusun Daan Mogot saja
biar dekat sama tempat lainnya. Kalau di Rusun Marunda terlalu jauh.
Lagipula sudah banyak korban banjir kemarin yang menempati," kata Yani.
Hal
senada juga diungkapkan Sodikin (36) yang mengatakan telah siap untuk
direlokasi. Terlebih saat ia mendengar Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama menjanjikan untuk membangun kawasan ekonomi khusus
(KEK) Rusun Marunda yang akan membuka banyak lapangan pekerjaan bagi
warga relokasi yang tidak memiliki mata pencaharian.
Sodikin juga berharap Pemprov DKI tidak memasang harga sewa terlalu tinggi untuk Rusun Marunda.
"Saya dengar ada biaya perawatannya semoga saja tidak mahal. Karena saya juga pengangguran, baru saja kena PHK," kata Sodikin.
Salan
satu program unggulan Pemprov DKI tahun ini adalah normalisasi Waduk
Pluit. Waduk itu seharusnya memiliki kedalaman sepuluh meter. Namun,
karena terus mengalami pendangkalan, kini kedalamannya hanya antara satu
dan tiga meter.
Sebanyak 20 persen dari luas areal waduk yang
mencapai 80 hektare -khususnya di bantaran waduk- telah berubah menjadi
kawasan permukiman liar.
Pengerukan Waduk Pluit mulai dikerjakan
pada Februari lalu, tepatnya setelah banjir besar melanda kawasan Pluit
awal tahun ini. Saat itu, sampah dan eceng gondok menutupi Waduk Pluit,
sehingga air tidak dapat terlihat.
Sehingga, Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Joko Widodo bertekad mengembalikan fungsi waduk seperti semula.
Sementara
itu, untuk menyelesaikan masalah warga bantaran Waduk Pluit, Pemprov
DKI Jakarta membangun rumah susun di Marunda, Muara Baru, Daan Mogot,
dan akan membeli lahan di kawasan Luar Batang, Jakarta Utara, seluas 6,4
hektar.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar