Usaha Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menormalisasi Waduk Pluit sudah
mulai menunjukkan hasil. Saat ini, sisi barat Waduk Pluit, yaitu
perkampungan, taman burung, dan lapangan futsal milik PT Jakarta
Propertindo (PT Jakpro) sudah rata dengan tanah.
Seorang warga
yang rumahnya digusur, Sumiati, mempertanyakan keputusan Pemprov DKI
Jakarta menormalisasi Waduk Pluit dengan menggusur bangunan-bangunan di
bantaran. Menurutnya, Jakarta banjir karena pusat-pusat perbelanjaan
yang dibangun di area yang seharusnya menjadi lahan resapan air.
"Padahal
kami kebanjiran juga baru kemarin (awal 2013). Kenapa Pak Jokowi enggak
membongkar mal-malnya juga? Di Pantai Marina saja sudah mau dibangun
gedung atau apartemen itu," kata Sumiati, yang mengaku sudah puluhan
tahun tinggal di bantaran Waduk Pluit, Kamis (6/6/2013).
Mengenai
rumahnya yang sudah rata dengan tanah, Sumiati mengatakan, "Dulu saya
beli sama orang Rp 15 juta. Sekarang mah orangnya pasti sudah kabur. Yah
mau bagaimana lagi memang sudah nasibnya."
Setelah rumahnya di
dekat lapangan futsal PT Jakpro digusur, lanjut Sumiati, ia dan
suaminya kini menumpang di rumah anaknya, yang masih mengontrak. Sumiati
tidak pindah ke rumah susun yang sudah disediakan Pemrpov DKI Jakarta,
karena tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta.
Soal
mata pencarian, Sumiati kini berjualan minuman dan kue di dekat tenda
tempat polisi menjaga proyek normalisasi Waduk Pluit.
Sementara
itu, Komar (55) yang mengaku telah tinggal di bantaran Waduk Pluit sejak
tahun 1984 menolak direlokasi ke rumah susun yang disediakan oleh
Pemprov DKI. Komar mengaku tidak pindah karena mempertimbangkan
retribusi yang akan dibebankan kepadanya jika menjadi penghuni rumah
susun. Menurut Komar, ia mempertimbangkan pengeluaran karena
penghasilannya sebagai tukang tambal ban tak menentu.
"Kalau gratis ya enggak apa-apa. Tapi, kalau bayar, ya saya mendingan disini saja," kata dia.
Waduk
Pluit dinormalisasi karena telah mengalami penyempitan dan
pendangkalan. Awalnya, Waduk Pluit memiliki luas 80 hektar dan
berkedalaman sepuluh meter. Luas Waduk Pluit menyusut sampai 20 persen
karena rumah-rumah liar di bantaran. Kedalaman Waduk Pluit saat ini juga
hanya satu sampai tiga meter.
Pengerukan Waduk Pluit mulai
dikerjakan pada Februari lalu, tepatnya setelah banjir besar melanda
kawasan itu pada awal tahun ini. Saat itu, permukaan waduk dipenuhi
sampah dan eceng gondok, sampai-sampai airnya tak terlihat.
Sementara
untuk menyelesaikan masalah warga bantaran Waduk Pluit, Pemprov DKI
Jakarta membangun rumah susun di Marunda, Muara Baru, Daan Mogot.
Pemrpov DKI Jakarta juga berencana membangun rumah susun di area seluas
6,4 hektar di Luar Batang, Jakarta Utara.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar