Terakhir, Jokowi menolak bantuan dari Amerika Serikat yang ditawarkan Dubes AS untuk Indonesia, Scot Marciel. AS mengaku ingin membantu Jokowi menata kampung deret di Kampung Muara Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Kita sudah ditawarkan bantuan oleh pihak Kedubes, tapi saat ini kita belum butuh apapun, masih kita tangani melalui anggaran yang ada," ujar Jokowi, Rabu (5/6/2013).
Jokowi memang tak mau diatur asing. Sebelumnya, dia juga menolak bantuan dari bank dunia. Bank Dunia rencananya akan meminjamkan Rp 1,2 triliun. Namu karena prosedur peminjamannya dipersulit, Jokowi enggan menuruti keinginan Bank Dunia tersebut.
"Kalau memang masih rumit, kita bisa pakai APBD. Saya enggak mau diatur-atur terlalu banyak kayak gitu, mau pinjem saja kok rumit begitu," jelas Jokowi.
Jokowi terinspirasi sosok Soekarno yang tak pernah mau didikte asing. Jokowi memang mengidolakan Soekarno.
Berikut ketegasan Soekarno yang tak mau didikte asing.
Go to Hell with Your Aid
Soekarno juga pernah menolak mentah-mentah bantuan dari Amerika Serikat. Saat itu, Soekarno melihat ada niat terselubung Amerika yang waktu itu menginginkan diberangusnya paham komunis dari Asia.
Soekarno yang berjanji tak mau meminta-minta dari negara lain bahkan menilai Amerika 'riya' jika memberi bantuan. Sehingga menyebabkan negara penerima bantuan kehilangan muka. Menyikapi hal ini Soekarno langsung mengatakan,
"Go to Hell with Your Aid! Persetan dengan bantuanmu! lautan dollar tak akan dapat merebut hati kami" teriak Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.
Keluar dari PBB
Indonesia pernah keluar dari keanggotaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia. Tetapi PBB malah mengangkat Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB.
Soekarno merasa PBB tidak akan netral membela Indonesia. Soekarno pun menyatakan sikap. Lebih baik terkucil daripada melihat ketidakadilan.
Tahun 1964 Soekarno sudah memberikan ultimatum agar PBB lebih memihak nega-negara dunia ketiga, tetapi tak diindahkan. Maka sikap Soekarno tegas.
Tanggal 7 Januari 1965 dalam rapat raksasa di hadapan puluhan ribu rakyat, Presiden Soekarno menyatakan Republik Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Marahi Presiden AS
Dwight Eisenhower, presiden Amerika dibuat terperangah oleh Soekarno yang notabenenya cuma pemimpin negara baru. Saat kunjungan Soekarno ke Amerika pada tahun 1960.
Soekarno merasa tersinggung pasalnya tidak seperti layaknya pemimpin negara lain, kedatangan Soekarno tak dijemput dan disambut Presiden Eisenhower. Kemarahan Soekarno memuncak ketika dia merasa dibiarkan menunggu berjam-jam oleh Eisenhower di gedung putih.
"Aku bicara pada protokol apakah aku harus menunggu lebih lama lagi? bila demikian aku akan pergi sekarang juga. lalu orang itu pucat dan memohon untuk menunggu sebentar. Dia pun lari ke dalam, keluarlah Eisenhower," jelas Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.
Para pejabat AS pun kebingungan. Mereka sibuk meminta maaf dan meminta Soekarno tinggal. Eisenhower pun segera keluar menemui Soekarno. Pada pertemuan berikutnya, Eisenhower menjadi lebih ramah. Soekarno berani, padahal Eisenhower adalah Jenderal AS panglima perang dunia ke II yang membuat sekutu menang melawan Jerman.
Tak mau jadi bangsa budak
Kala itu, Bung Karno bercita-cita agar Indonesia menjadi bangsa yang berdiri di kaki sendiri atau berdikari. Indonesia tidak boleh menjadi budak bangsa lain. Karenanya, Indonesia pantang meminta-minta kepada negara lain.
"Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu. Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bistik tetapi budak," kata Bung Karno saat berpidato pada HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1963.
Sikap anti-perbudakan yang dimiliki Bung Karno juga ditunjukkan dengan sikap anti-imperialisme. Bung Karno kala itu bahkan sudah memprediksi imperialisme akan berkembang menjadi neo-imperialisme di bidang ekonomi.
Imperialisme adalah sebuah isme yang menghalalkan negara besar memegang kendali atas pemerintahan negara lain atau daerah. Salah satu akibat imperialisme di bidang ekonomi adalah negara besar pemilik modal akan semakin kaya dan menjadi pusat kekayaan sementara negara yang dikuasainya semakin miskin. Hal ini akan mengakibatkan negara tersebut menjadi budak negara besar dari segi ketergantungan ekonomi alias penjajahan gaya baru.
Tolak Modal Asing Kuasai Indonesia
Presiden Soekarno tahu kapitalisme pertambangan akan menerkam Indonesia bulat-bulat. Maka sejak awal Soekarno tak mau ada pemodal asing berkuasa. Dia menolak saat para pengusaha Amerika Serikat hendak membuka usaha tambang di Papua.
Kekuasaan Soekarno berakhir setelah peristiwa 30 September. Jenderal Soeharto memulai rezim baru. Setelah dilantik, Soeharto segera meneken pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.
Sejak itulah Freeport mengeruk kekayaan alam Papua.
Berdasarkan laporan keuangan Freeport McMoran, total penjualan emas Freeport sebanyak 1,01 juta ons (31,6 ton) emas dan 3,6 miliar pon ( 1,8 juta ton) tembaga. Penjualan tembaga asal Indonesia menyumbang seperlima penjualan komoditas sejenis bagi perusahaan induknya.
Laba Freeport naik sekitar 16 persen pada kuartal keempat tahun lalu menjadi USD 743 juta (Rp 7,2 triliun). Total pendapatan juga meningkat menjadi USD 4,51 miliar dari USD 4,16 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Ironisnya, Freeport hanya memberikan royalti satu persen dari hasil penjualan emas dan 3,75 persen masing-masing untuk tembaga dan perak. Kewajiban terbilang sangat rendah dibanding keuntungan diperoleh Freeport.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar