Senin, 10 Juni 2013

Hanya Pembunuhan Yang Bisa Menghentikan Pencapresan Jokowi

Pada mulanya, angin perubahan yang ditiupkan masyarakat berhembus spoi-spoi, merambah ke seluruh negeri dari Sabang sampai Merauke, berputar-putar dan kembali lagi berembus dengan skala yang lebih besar, membesar, terus membesar dan melebar hingga hempusannya sampai ke negeri orang. Masyarakat yang sudah muak, kesal dan meradang pada ketidak beresan di negeri ini, bersatu padu ikut mengipas, memperbesar angin perubahan yang pada akhirnya angin perubahan akan menjadi topan perubahan. Sudah bisa dipastikan topan perubahan itu akan melambungkan Jokowi anak Si Tukang Kayu ke pucuk kekuasaan di negeri ini.

Fenomena angin perubahan ini, tentu saja disambut gembira oleh para pendukung Jokowi, di lain fihak juga dipantau detik demi detik dan diwaspadai oleh "musuh" Jokowi. "Musuh" Jokowi disini secara sederhana adalah mereka yang merasa terpojokkan (dirugikan) secara politik, ekonomi maupun ideologi oleh ulah anak Si Tukang Kayu ini. Musuh secara politik sudah kita ketahui dengan terang benderang, musuh secara ekonomi bisa datang dari dalam dan luar negeri, dari dalam negeri adalah mereka para pengusaha kotor sedangkan dari luar negeri adalah para investor hitam.
Menekan pengembang usaha property untuk membangun rusun, niat Jokowi untuk merakyatkan PRJ dan niat Jokowi untuk mengakusisi Palyja adalah gambaran buruk bagi para pengusaha kotor dan investor hitam di masa yang akan datang ketika angin perubahan (baca Gubernur) ini akhirnya menjadi topan perubahan (baca Presiden). Mencabik-cabik birokrasi di jajarannya dan Lelang Jabatan adalah gambaran buruk bagi para politisi yang mengincar jabatan untuk memperkaya diri sendiri ketika angin perubahan berubah menjadi topan perubahan. Bisa dibayangkan betapa geramnya para politisi (tentu saja tidak semuanya) yang untuk menjadi menteri harus melalui proses Lelang Jabatan.
Karena dilahirkan dan dibesarkan bukan dari lingkungan Islam ortodok, bisa dipastikan Jokowi bukan penganut Islam ortodok, yang berpotensi besar menciptakan toleransi antar agama secara nyata di negeri ini. Celah inilah yang memungkinkan munculnya musuh ideologi Jokowi, mungkin saja suatu saat nanti Jokowi dianggap sebagai "penghianat" Islam, kafir dan entah kata-kata apalagi yang akan digunakan.

Mengamati perkembangan angin perubahan, membolak-balik semua skenario yang ada baik menurut metodologi ilmiah bahkan dengan ilmu klenik sekalipun, tidak bisa dielakkan lagi bahwa (terlepas dari suka atau tidak suka) anak Si Tukang Kayu ini akan menjadi pucuk pimpinan di negeri kita.
Terlebih lagi, sepeninggal Taufik Kiemas, Sabtu (8/6/2013), kalangan di internal PDIP akan lebih kuat lagi mendorong angin perubahan.

Menguatnya peluang Jokowi menjadi pucuk pimpinan di negeri ini, bukan mustahil membuat musuh-musuh Jokowi menjadi berang karena secara wajar mereka tidak pernah lagi mempunyai kesempatan lagi untuk bisa menghentikan langkah Jokowi untuk berkuasa di negeri ini. Tertutupnya semua jalan untuk menghentikan langkah anak Si Tukang Kayu ini, menyisakan satu cara yang tersedia, yang mungkin membuat kita semua merinding, yaitu PEMBUNUHAN.
Zaman sudah berubah, negeri kita yang dahulu dikenal dengan negeri yang menjunjung tinggi sopan santun, sekarang ini sudah tidak lagi. Sopan santun, tata krama dan semua yang berbau etika sudah jauh dari negeri ini. Kecenderungan menggunakan hukum rimba sudah marak di negeri ini, tawuran dimana-mana, pembunuhan adalah menu harian yang biasa kita dengar. Jangankan masalah kepemimpinan negeri, motor terserempet mobilpun bisa memicu peristiwa pembunuhan terjadi.
Mengerikan kedengarannya, tetapi hal ini sangat mudah dilakukan (mudah-mudahan penulis salah), mengingat beberapa hal di bawah ini :

Pertama, Jokowi menggunakan pengawalan yang kelewat minim, dapat dikatakan hanya mampu menangkal bogem mentah saja. Masih ingat ketika Jokowi dicium seorang ibu saat blusukan ? Bagaimana kalau yang mencium Jokowi pembom bunuh diri ? Sekali lagi maaf, bukan maksud penulis meremehkan para pengawal Jokowi.
Ke-dua, Jokowi sering mengudap dimana-mana yang memungkinkan musuh menyelipkan racun di makanannya. Masih ingat kasus Munir ? Yang diduga diracun dengan cara kerja agen rahasia.
Ke-tiga, Jokowi sering berada di tempat terbuka dalam waktu yang cukup lama, sehingga memberi peluang untuk sniper (penembak jitu) mengeksekusi niatnya.


Catatan :
Penulis menuliskan tulisan ini bukan untuk menginspirasi pembunuhan, tetapi justru untuk mencegah agar di tidak pernah terjadi pembunuhan terhadap calon pucuk pimpinan di negeri ini. Bagi pendukung Jokowi, penulis berharap bahu membahu menjaga calon pimpinan negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar