Kamis, 14 Maret 2013

Kolumnis: Australia, Ingat Namanya...Jokowi!

Nama Joko Widodo atau biasa dikenal Jokowi terus dielu-elukan berbagai kalangan. Tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Sejumlah media internasional memberitakannya sebagai sosok pemimpin masa depan.

Nama Jokowi disandingkan dengan Presiden Barack Obama. Sebut saja Media Pemerintah Inggris BBC dengan beritanya berjudul "Jakarta's Obama".

Sementara di Media Malaysia The Malay Mail lewat tulisan opini berjudul "Wanted Badly: A Malaysian Jokowi", kolumnis Syed Nadzri menyebut Malaysia sangat membutuhkan sosok pemimpin yang seperti Jokowi.

Kini giliran portal berita terkemuka Australia "The Australian" dalam artikel opini bertajuk "Jakarta's governor could be Indonesia's Obama". Artikel yang ditulis kolumnis warga Australia, Greg Sheridan ini memuat penjelasan tentang sosok Jokowi.

"Dalam dunia perpolitikan Indonesia, Dia (Jokowi) seperti Barack Obama," tulis Greg, seperti dilansir The Australian, Kamis (14/3/2013).

Greg juga membandingkan pentingnya sosok Jokowi di tengah-tengah dunia politik Indonesia menjelang Pemilu 2014.

"Kemenangan Jokowi hingga menjadi gubernur sangat berpengaruh terhadap dunia perpolitikan Indonesia di luar generasi Soeharto," sebutnya.

Berikut uraian lengkap "Jakarta's governor could be Indonesia's Obama".

Jokowi. Ingat namanya. Sosoknya bakal diperhitungkan di Australia.

Biarkan saya beritahu kenapa. Setiap 4 tahun, seluruh dunia berfokus intens pada pemilihan presiden Amerika Serikat. Apapun gerak-gerik Presiden AS memberi pengaruh sangat besar bagi kita.

Pemilihan negara asing kedua yang paling penting bagi Australia adalah pemilihan presiden di Indonesia. Pemilu selanjutnya terjadi pada bulan Juli tahun depan. Dan, perpolitikan Jakarta sangat berpengaruh terhadap masa depan presiden Indonesia.

Australia belum memahami betul betapa pentingnya pertumbuhan Indonesia bagi kita. Ada 250 juta orang penduduk Indonesia. Perekonomiannya tumbuh lebih dari 6 persen per tahun, lebih dari 2 kali lipat pertumbuhan kita. Ini jelas perekonomian Indonesia lebih besar daripada kita. Bahkan Indonesia diprediksi bakal menjadi 10 negara top dunia pada 2025, dan 5 besar pada 2040.

Mungkin ini prediksi yang sangat optimistis untuk Indonesia. Selama 9 tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, (SBY) kami berhubungan dekat dengan Indonesia. Sebab, SBY adalah sosok yang pro-Australia. Namun penggantinya bisa jadi berbeda sama sekali.

Sampai saat ini, sosok yang paling terdepan untuk pemilihan presiden Indonesia mendatang adalah mantan Jenderal Prabowo Subianto.

Mari kita simak sepak terjangnya. Prabowo memiliki catatan Hak Asasi Manusia yang mengerikan, seperti di Timor Timur. Akibatnya, sampai saat ini, AS masih menolak memberikan visa untuk Prabowo.

Dalam pemilihan presiden terakhir, pada 2009, Prabowo adalah calon wakil presiden, bersanding dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri.

Prabowo mengatakan, Mega berjanji akan mendukung pencalonan presidennya kali ini. Sebagai balas budi, ia telah mendukung Mega pada pemilu sebelumnya. Meski memiliki catatan buruk soal HAM, tampaknya rakyat Indonesia sudah lupa. Bahkan, jajak pendapat menunjukkan, sebagian besar orang Indonesia ingin calon presiden dengan latar belakang militer.

Para pemilih dalam pemilu Indonesia adalah pemaaf dan kadang-kadang pelupa, tapi tidak bodoh. Ia ingin calon yang bersih dan menjanjikan pemerintahan yang baik dan kuat dalam pengambilan keputusan. Prabowo tampaknya menjanjikan hal itu. Dia karismatik, kalangan politisi terkemuka Indonesia, pembicara terbaik di depan orang banyak.

Mereka yang mengetahui sistem terbaik AS percaya bahwa tidak dapat dipungkiri jika Prabowo terpilih, ia akan disambut baik di Washington. Para pengambil keputusan di AS telah memberikan perhatian serius untuk kepresidenan Prabowo. Namun, tetap ada pertimbangan kuat untuk tidak mencabut larangan visa terhadap Prabowo.

Bagi Australia, kemenangan Prabowo akan menjadi tantangan besar. Yang sudah-sudah, Prabowo tidak pro-Australia. Setiap aspek dari cerita HAM akan jelas diceritakan dalam media kita. Namun Canberra tetap merasa perlu untuk membangun hubungan kerja samanya.

Hal ini bisa mengakibatkan krisis abadi, atau ketidakpedulian 'dingin' pada salah satu hubungan yang paling penting. Sikap kita dengan mudah bisa memicu reaksi anti-Australia atas pengaruh Indonesia.

Lalu Bagaimana dengan Jokowi?

Jokowi adalah nama panggilan akrabnya, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Dalam pemilu, ia bisa sangat baik menjadi Barack Obama Indonesia. Dia adalah sosok yang sangat langka. Seorang reformis, bersih, populer, warga sipil yang menjalankan pemerintahan secara efektif. Sekarang namanya bertengger dalam urutan terdepan, meskipun ia belum memutuskan apakah akan maju tahun depan.

Kemenangan Jokowi akhir tahun lalu pada pemilihan Gubernur Jakarta adalah hal luar biasa. Dia bukan penduduk asli Jakarta, namun ia adalah walikota terbaik dari Solo. Yang hebatnya lagi, wakil Jokowi berasal dari etnis Tionghoa. Suku tak lagi diperhitungkan sebagai pemimpin untuk saat ini. Ia mengalahkan gubernur incumbent yang kuat.

Jokowi bukanlah tokoh militer, pegawai negeri, kerabat pemimpin. Ia hanyalah warga biasa yang menjalankan bisnis furnitur. Dia sosok yang merakyat, digandrungi media, penuh dengan diplomasi, mendengar, berbicara langsung, dan mendapatkan hasil yang pas. Kemenangan Jokowi hingga menjadi gubernur sangat berpengaruh terhadap dunia perpolitikan Indonesia di luar generasi Soeharto.

Jokowi bersama Mega. Mega mungkin akan mencalonkan diri kembali dan Jokowi mungkin akan menjadi pasangannya. Kombinasi keduanya, termasuk popularitasnya bakal sangat sulit dikalahkan.

Jokowi akan menjadi sosok yang sempurna untuk saat ini, mengingat kehancuran Partai Demokrat.

Butuh satu juta mil jalan untuk memunculkan tokoh seperti Jokowi. Jokowi sangat populer, demokratis, berorientasi pada hasil. Ia jauh dari para koruptor dan oligarkhi lama.

Lalu Apa pengaruhnya untuk Australia? Kami belum tahu seperti apa pandangannya tentang kebijakan luar negeri. Tapi kami yakin dia berdiri untuk semua hal yang benar.

Ingat nama Jokowi, itu mungkin akan berarti banyak bagi Anda.


Sumber :
liputan6.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar