Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk menghadiri
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia atau
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Sebelum bertemu dengan
Presiden PRT Xi Jinping, Jokowi melakukan pertemuan dengan pengusaha RI
dan Tiongkok.
Dalam pertemuan bertema ' Indonesia-China, Trade,
Investment, and Economic' itu, Jokowi mengundang para investor Negeri
Tirai Bambu itu untuk datang ke Indonesia dan menanamkan modal mereka di
Tanah Air.
Jokowi menawarkan sejumlah peluang investasi mulai dari
infrastruktur transportasi darat, laut, udara, pembangunan pembangkit
listrik (power plant), waduk, hingga kerja sama perdagangan.
"Jadi
kalau hari ini berada di tengah-tengah bapak ibu semuanya untuk
berbicara masalah bisnis, untuk berbicara investasi itu memang dunia
saya sebelum saya jadi wali kota, sebelum saya jadi gubernur dan juga
sebelum saya jadi presiden saat ini," ujar Jokowi di hadapan sekitar 300
pengusaha dari kedua negara di Beijing, Minggu (9/11/2014).
Berikut pidato lengkap Presiden Jokowi di hadapan para pengusaha RI-Tiongkok:
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi salam sejahtera bagi kita semuanya
Yang
saya hormati, bapak ibu dari dunia usaha baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari Tiongkok. Pagi hari ini saya berbahagia sekali,
saya sangat senang karena bisa hadir di tengah-tengah bapak ibu semuanya. Karena beberapa tahun yang lalu saya adalah seorang pengusaha.
Jadi kalau hari ini berada di tengah-tengah bapak ibu semuanya untuk
berbicara masalah bisnis, untuk berbicara investasi itu memang dunia
saya sebelum saya jadi wali kota, sebelum saya jadi gubernur dan juga sebelum saya jadi presiden saat ini.
Bapak-Ibu yang saya hormati saya ingin menyampaikan mengenai peta Indonesia.
Agar
kita tahu semuanya bahwa 2/3 wilayah Indonesia adalah laut, adalah air,
adalah samudera. Penduduk di Indonesia 240 juta dan jarak dari barat ke
timur Indonesia itu seperti London sampai Istanbul, sebuah
jarak yang sangat lebar sekali. Kemudian investasi di triwulan pertama
kemarin investasi ke Indonesia mencapai Rp 106 triliun atau kurang lebih
USD 9 miliar, sebuah angka yang lumayan besar.
Ke
depan, karena kita ingin agar transportasi untuk logistik dan orang itu
lebih murah kita ingin membangun jalur rel kereta api tidak hanya di
Pulau Jawa tetapi juga di Sumatera, di pulau Kalimantan, di
pulau Sulawesi dan di Papua. Oleh sebab itu kita membutuhkan investasi
yang besar di dalam membangun jalur kereta api. Inilah kesempatan
Bapak-Ibu semuanya untuk masuk ke investasi ini.
Kemudian
airport. Kita juga membutuhkan airport karena airport-airport yang ada
di Indonesia runway-nya masih pendek, kemudian terminalnya juga masih
kecil-kecil dan kita ingin 5 tahun ke depan airport yang ada
semuanya diperluas dan yang belum, tentu saja dibangun. Ini juga peluang
kesempatan yang bisa Bapak-Ibu masuki.
Lima tahun ke
depan kita ingin membangun dan memperluas 24 pelabuhan. Seaport dan deep
seaport untuk memperlancar arus barang baik ke luar negeri maupun
antarpulau. Ini juga kesempatan yang bisa Bapak-Ibu masuki dalam memperbaiki infrastruktur yang ada di Indonesia.
Nah
ini kita yang masalah. Saat ini kita memang kekurangan listrik. Tidak
di Sumatera, tidak di Kalimantan, tidak di Sulawesi dan juga di Papua.
Masalah besar.
Saat saya ke bawah, saya bertanya kepada investor. Problemnya apa
sebetulnya di bidang pembangkit tenaga listrik ini. Di bidang power
plant ini. Semuanya mengatakan ada dua.
Yang pertama, masalah perizinan, yang kedua masalah pembebasan lahan.
Perizinan,
ada yang mengatakan kepada saya, ijin mengurus power plant itu sampai 2
tahun. Ada yang ngomong ke saya lagi sampai 4 tahun. Ada yang ngomong,
terakhir ngomong dengan saya dari Sumatera Selatan 6 tahun.
Ini
problem besar yang harus kita selesaikan dan saya, sudah saya mulai,
agar izin-izin ini nanti akan kita gabungkan dalam sebuah kantor one
stop service, yang kita harapkan nanti semua kementerian baik
PLN, kantor ESDM yang urusan-urusan yang berkaitan dengan investasi
berada dalam satu gedung. Dalam satu ruangan. Sehingga ngurus-ngurus
izin itu gampang, tidak bertahun-tahun seperti yang sekarang
kita lihat. Kemarin yang di Sumatera Selatan saya telepon, seminggu
selesai. Tapi masa tiap hari presiden harus telepon urusan izin? Ini
tidak mungkin.
Oleh sebab itu yang paling
penting adalah membangun sebuah kantor perizinan, yang nanti akan saya
pantau langsung. Dan kemudian kalau Bapak-Ibu semuanya mendapatkan
kesulitan ya itu baru saya yang menyelesaikan. Problem kita
emang ada di situ. Saya bercerita karena saya pernah mengalami ngurus
izin. Tinggal kita harapkan ke depan tidak ada lagi urusan-urusan
yang berkaitan dengan listrik. Kita ingin sekarang ini memulai power
plant dibangun, industri juga dibangun. Power plant-nya selesai,
industrinya juga selesai. Ini yang ingin kita kerjakan ke depan.
Juga
di beberapa lokasi kita ingin membangun sebuah industrial zone, karena
kita ingin industri kita berkembang lagi. Manufaktur di Indonesia juga
berkembang lagi. Sekian tahun ini industri kita turun. Bukan
naik tapi turun. Deindustrialisasi. Ke depan, saya meyakini karena saya
juga berasal dari dunia industri, saya tahu apa yang harus saya
kerjakan. Saya tahu apa yang harus negara kerjakan untuk membangun industri di Indonesia lagi.
Inilah
kesempatan, kesempatan kerja sama pengusaha Indonesia dan pengusaha
dari Tiongkok. Harus kerja sama, agar ada percepatan. Bapak-Ibu bisa
melihat, ya kita bandingkan saja, sekarang upah pekerja di sini
berapa. Di Indonesia berapa. Kalau saya buka di sini, pengusaha di sini
bisa lari semuanya ke Indonesia, karena kita jauh lebih kompetitif.
Oleh sebab itu saya kira pengusaha bisa menyampaikan betapa
kita mempunyai sebuah ruang kompetisi untuk membawa industri kita
berkembang lagi, dunia manufaktur kita juga berkembang lagi.
Ini kesempatan kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia. Dan jalinan
kerja sama itu kan bukan hanya setahun dua tahun yang lalu. Sudah
beratus-ratus yang lalu kita bekerja sama antara Tiongkok dan Indonesia.
Selanjutnya
juga, jalan tol. Ini kita juga ketinggalan. Hanya berapa kilo kita
bangun dalam sekian tahun ini. Sangat kecil sekali. Problemnya selalu
ada di pembebasan lahan. Selalu ada di situ. Tetapi, kalau
investor didukung oleh pemerintah ini sebenarnya hal yang sangat mudah.
Kenapa? Karena biasanya investor dibiarkan sendiri, kalau ada masalah.
Tidak pernah dibantu.
Oleh sebab itu untuk urusan
pembebasan lahan saya akan perintahkan langsung kepada menteri, kepada
gubernur, kepada wali kota, untuk ikut campur di dalam membantu
pembebasan lahan setiap proyek-proyek yang ada.
Saya
berikan contoh di Jakarta. Ada yang namanya Jakarta Outer Ring Road. 15
tahun yang lalu dibangun. 7 tahun yang lalu stop, berhenti, karena
masalah 1,5 kilometer, karena masalah 143 keluarga yang tidak
menerima kompensasi ganti rugi. Tahun yang lalu saya datangi langsung ke
bawah. 4 kali saya undang makan, akhirnya selesai masalah itu. Rampung.
Hanya dalam waktu 4 bulan. Tapi proyek itu sudah berhenti 7 tahun. Dan 6 bulan yang lalu sudah digunakan.
Artinya
15 tahun kemudian 7 tahun berhenti hanya gara-gara pembebasan tanah.
Ini tidak boleh lagi terjadi di masa yang akan datang. Investasi baik
jalan tol, baik power plant, baik apapun yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi, apapun yang berkaitan dengan pembukaan lapangan
pekerjaan, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah
harus semuanya membantu. Ini tekad kita agar pertumbuhan ekonomi kita ke depan bisa kembali tumbuh dengan baik.
Kemudian
juga masalah kilang. Masalah refinery. Ini juga kesempatan bagi
Bapak-Ibu semuanya yang ingin masuk ke sini, karena sudah bertahun-tahun
kita tidak memperbaiki kilang kita.
Untuk sebab itu
ada defisit neraca transaksi. Ada defisit neraca perdagangan kita,
karena memang yang terbesar adalah masalah impor di bidang perminyakan
kita. Ini juga yang harus kita benahi agar lifting produksi itu kita segera naik, sehingga impornya bisa kita tekan untuk turun.
Kemudian juga perlu saya sampaikan masalah yang berkaitan dengan
minerba. Masalah yang berkaitan dengan raw material yang ada di
Indonesia. Kita akan mulai keluar dari Indonesia itu barang
setengah jadi, minimal barang setengah jadi dan barang jadi. Karena kita
ingin nilai tambah itu ada di Indonesia. Oleh sebab itu kerja sama
antara Tiongkok dan Indonesia itu harus menguntungkan kedua
negara. Harus menguntungkan rakyat Indonesia dan rakyat Tiongkok. Tidak
mungkin hanya salah satu saja. Semuanya harus mendapatkan keuntungan.
Inilah
yang nanti juga akan saya sampaikan kepada Presiden Xi Jinping yang
sebentar lagi akan bertemu, bahwa kerja sama ini memang perlu diperkuat
lagi, tetapi keuntungan harus berada di dua negara dan di kedua rakyat kita.
Nah,
ini yang sering ditanyakan kepada saya. Bagaimana masalah subsidi BBM?
Karena anggaran APBN kita totalnya ada USD 168 miliar dan USD 30
miliar-nya dipakai untuk subsidi. Ini kan besar sekali. Ini
adalah pemborosan yang bertahun-tahun dibiarkan. Oleh sebab itu kita
ingin di tahun ini kita ingin mengalihkan subsidi BBM itu kepada hal-hal
yang produktif. Benih untuk petani, pupuk untuk petani,
irigasi untuk desa, pembangunan waduk, pembangunan infrastruktur, mesin
untuk mesin kapal untuk nelayan, mesin pendingin untuk nelayan. Ini yang
akan kita kerjakan sehingga subsidi itu kepada subsidi sektor produktif, bukan untuk konsumtif.
Nah
ini tadi yang sudah saya sampaikan. Untuk perizinan akan kita satukan.
Saya sudah targetkan dalam 3 sampai 6 bulan ini harus selesai. Sehingga
perizinan nantinya semuanya dalam keadaan yang cepat, ada
kepastian, bayarnya juga jelas, selesainya juga jelas sehingga mulai
proyek itu juga jelas kapan. Dan kalau ada masalah bisa telepon ke
menteri. Ini Pak Menko Perekonomian juga ada di sini, menteri
perdagangan juga di sini, telepon ke beliau. Kalau masih tidak
ditanggapi telepon ke presiden langsung.
Yang terakhir
masalah kualitas. Masalah kualitas. Kita ini sudah bekerja Tiongkok
dengan Indonesia, ini sudah lama. Tetapi masalah kualitas saya harus
ngomong apa adanya, harus diperbaiki. Kesalahannya ada di dua
dunia usaha, yang di sini maupun yang di Indonesia. Saya berikan contoh
power plant. Kualitas yang sekarang ada, yang sudah dibangun, itu kualitasnya
kurang baik. Kurang baik. Ini yang harus diperbaiki. Ke depan kita
masih banyak perlu power plant. Tapi saya minta, karena ada yang baik,
ada yang cukup, ada yang tidak baik. Nah yang tidak baik dan yang cukup dihilangi, yang dibangun nanti semuanya yang baik.
Produk-produk
seperti itu memang harus dilihat kualitasnya. Sehingga jangan sampai,
kita juga ingin menjaga agar persepsi, agar imej, barang yang berasal
dari Tiongkok itu memang betul-betul barang-barang yang memang
baik. Karena saya tahu memang produknya di sini banyak yang baik. Tetapi
kadang-kadang, yang di Indonesia juga minta yang tidak baik. Tetapi dibayar
dengan harga yang baik. Ini yang enggak benar. Waktu jadi gubernur juga
sama. Bus itu juga sama. Saya kira Bapak-Ibu semuanya tahu. ini sudah
tidak boleh kejadian lagi. Ke depan semuanya harus barang-barang yang mempunyai kualitas.
Saya
kira tadi sudah saya sampaikan bahwa keuntungan harus berada di kedua
negara. keuntungan harus berada di kedua pengusaha. Keuntungan harus
berada di rakyat Indonesia dan rakyat Tiongkok.
Saya tunggu kedatangannya di Indonesia. Saya tunggu investasinya di Indonesia.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar