Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pihaknya ingin hubungan kedua negara
yang telah menjadi mitra strategis komprehensif, dapat lebih nyata
diwujudkan sehingga akan bermanfaat bagi rakyat kedua negara.
"Hubungan Indonesia dan Tiongkok, telah berjalan sejak ratusan
tahun silam, ini menjadi modal bagi kedua negara untuk menjadi mitra
strategis komprehensif. Kedepan, saya ingin, kemitraan startegis yang
komprehensif ini dapat semakin konkret," katanya, saat melakukan
pertemuan bilateral dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing,
Minggu (9/11/2014).
Dalam pertemuan yang berlangsung di Balai Agung Rakyat itu,
Presiden Joko Widodo didampingi Menko Perekonomian Sofyan Djalil,
Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, dan Wakil Ketua DPD GKR Hemas.
Presiden Jokowi menambahkan, kemitraan straetgis komprehensif
jika diwujudkan makin nyata, akan memberikan keuntungan bagi kedua
negara, terutama rakyat.
Pada kesempatan itu, Presiden jokowi menyampaikan pula terima
kasih atas undangan yang diberikan Presiden Xi Jinping untuk hadir dalam
pertemuan ke-22 pimpinan ekonomi APEC yang akan berlangsung mulai Senin
(10/11/2014) selama dua hari.
Sedangkan, Presiden Jokowi mengundang Presiden Xi Jinping untuk
hadir pada peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika di Indonesia
mendatang.
Indonesia dan Tiongkok kemudian menjadi mitra srategis yang
dikukuhkan melalui kesepakatan bersama yang ditandatangani Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Tiongkok Hu Jintao pada 25 April
2005.
Kedua negara kemudian sepakat meningkatkan sebagai mitra strategis
komprehensif pada Oktober 2013, saat Presiden Tiongkok Xi Jinping
melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.
Sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, kini
Tiongkoktercatat memiliki cadangan devisa dalam mata uang asing sekitar
3,5 triliun dolar AS. Namun dengan potensi yang dimiliki, investasi yang
ditanamkan Tiongkok ke Indonesia hingga 2012 baru mencapai 2,02 miliar
dolar AS, demikian data dari China-ASEAN Business Council.
Padahal sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dengan total GDP
mencapai 1 triliun dolar AS plus pertumbuhan ekonomi yang positif,
perbaikan iklim investasi didukung stabiltas politik yang relatif
stabil, Indonesia bisa dapat menjadi negara tujuan yang menarik bagi
investor asing, terutama dari Tiongkok.
Di sektor perdagangan total nilai yang dicapai Indonesia-China
pada 2012 tercatat 66,6 miliar dolar AS, dan diharapkan meningkat 80
miliar dolar AS pada 2015. Bandingkan dengan volume perdagangan
Tiongkok-Malaysia, negara kedua di Asia Tenggara yang akan dikunjungi Xi
Jinping, yang ditargetkan mencapai 100 miliar dolar AS pada kurun waktu
yang sama.
Di sektor pariwisata, Indonesia juga masih relatif kecil menyerap pangsa pasar Tiongkok yang sangat potensial.
United Nations World Tourism Organizations (UNWTO, 2013)
mendudukanTiongkok di peringkat pertama sebagai sumber pasar wisata
dengan jumlah pengeluaran mencapai 102 juta dolar AS pada 2012 atau naik
40 persen dari 2011 yang hanya 73 juta dolar AS.
Sedangkan jumlah wisatawan Tiongkok yang bepergian ke luar negeri
meningkat pesat dari 10 juta pada 2000 menjadi 83 juta pada 2012.
Sedangkan jumlah pelancong Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia pada
2012 tercatat 726.088, atau lebih rendah dibandingkan jumlah wisatawan
Tiongkok ke Malaysia yang mencapai 1,56 juta orang dan Thailand sebesar
2,7 juta orang.
Pertemuan itu berlangsung sekitar 30 menit, dan langsung
dilanjutkan dengan pertemuan serupa dengan Perdana Menteri Tiongkok Li
Keqiang.
Pertemuan bilateral Presiden Jokowi dengan Presiden Xi Jinping
dan Perdana Menteri Li Keqiang merupakan awal kegiatannya, sebelum
mengikuti pertemuan ke-22 pimpinan ekonomi APEC 2014. [antara]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar