Sejatinya, hampir semua kader Partai Golkar lebih memilih mendukung Jusuf Kalla (JK) sebagai calon wakil presiden yang berpasangan dengan Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2014.
Namun, karena ada ancaman DPP Partai Golkar pimpinan Aburizal Bakrie akan memecat yang mendukung JK secara terbuka, maka dukungan dari 33 DPD I Partai Golkar itu masih tertahan dalam dalam hati sampai penetapan hasil resmi Komisi Pemilihan Umum tanggal 22 Juli 2014.
Mereka menunggu penetapan KPU kepada pasangan Jokowi-JK sebagai pemenang Pilpres, kata politisi senior Partai Golkar, Zainal Bintang, Sabtu (19/7/2014).
Menurutnya, sesudah Jokowi-JK ditetapkan KPU sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, maka otomatis kader-kader Golkar terutama DPD-DPD II pendukung Prabowo-Hatta akan beralih mendukung Jokowi-JK.
Kata Bintang, mereka lebih memilih setia kepada JK yang merupakan kader Golkar dan juga menjabat Wakil Presiden. Hal itu sesuai dengan bunyi pasal 4 Ikrar Panca Bhakti Partai Golkar yang berbunyi kader Golkar menjunjung tinggi kesetiakawanan.
Jadi, tidak ada alasan mereka setia kepada Aburizal Bakrie atau ARB yang bertubi-tubi kalah menjadi capres ataupun cawapres. Lebih-lebih tidak ada alasan untuk loyal kepada Koalisi Permanen Merah Putih (koalisi pendukung Prabowo-Hatta) yang tidak punya dasar kuat, ucap Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Ormas MKGR ini.
Dia yakin makin kuat dorongan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar untuk menggeser ARB dari pucuk pimpinan Golkar. Munas itu dilaksanakan paling lambat awal Oktober 2014, atau sebelum pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang baru.
Pendek kata, Munas Golkar bagi pendukung Jokowi-JK adalah harga mati, tegasnya. [jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar