Minggu, 24 November 2013

Tokoh Islam Tak Mampu Saingi Jokowi di Pilpres 2014

Meskipun beberapa waktu yang lalu salah satu partai Islam mengumumkan Capres yang dikatakan dapat membungkam kedigdayaan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pada pilpres 2014 yang akan datang, tetapi akhirnya bantahan bermetode surveipun mengemuka.
Direktur Eksekutif Lembaga Survey Nasional (LSN), Umar S Bakry mengatakan tokoh Islam tak akan mampu menandingi popularitas Joko Widodo (Jokowi). Para Tokoh Islam ini hanya akan mampu menjadi calon wakil presiden pada Pemilu Calon Presiden tahun 2014 nanti.
"Seperti mau menggantang asap kalau partai Islam mau mengusulkan capresnya sendiri. Yang paling realistis itu cawapres," ujar Umar saat memberikan keterangan pers di Hotel Atlet Century, Minggu (24/11/2013).
Pendapat Umar bukan tak berdasar, tapi ia membaca peluang itu setelah lembaganya melakukan survei nasional pada 20-Oktober 2013 lalu di 34 provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Total 1.240 responden yang merupakan calon pemilih, diwawancarai tatap muka dengan metode teknik pencuplikan secara rambang berjenjang (multistage random sampling).
Survei tersebut yang dilengkapi dengan analisis media terhadap 5 surat kabar nasional dan 5 media online nasional, tersebut menanyakan secara terbuka siapa tokoh Islam yang berpotensi mempersatukan partai-partai Islam menghadapi Pilpres 2014 nanti. Jawabannya adalah Mahfud MD, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, sebagai orang yang dianggap mampu mengemban tugas tersebut, dengan nilai 16,4 persen. Disusul Rhoma Irama dengan 9,6 persen, dan Suryadharma dengan 9,1 persen.
Akan tetapi, dalam penelitiannya ia menyimpulkan Mahfud MD, meski disebut berpotensi sebagai pemersatu partai Islam, tak akan sanggung menyaingi Jokowi. "Butuh pasangan lebih dahsyat," katanya.
Dari kalkulasi politik yang dilakukan lembaganya, Mahfud dan tokoh Islam lain ini harus merapat ke partai nasional. Tapi, sebelum berkoalisi, Mahfud harus menyatukan partai Islam terlebih dahulu dalam satu koalisi.
Alasan Umar menyarankan itu, karena menurutnya, jika koalisi partai Islam merapat ke partai nasional, maka posisi tawarnya semakin kuat. Dan Mahfud bisa menawarkan dirinya untuk menempati posisi calon wakil presiden.
"Sepanjang Jokowi dan Prabowo masih moncer, sulit ditandingi. Paling tidak Mahfud MD bisa sebagai Cawapres," katanya.
Jika koalisi partai Islam tak segera merapat ke partai nasional untuk posisi cawapres, kata Umar, kesempatan untuk berbagi kekuasaan akan hilang. "Kalau enggak berkoalisi, partai pun enggak dapat," katanya.
Yang masih menjadi pertanyaan, kata Umar, apakah partai nasional mau menerima koalisi partai Islam dan Mahfud MD. "Itu kalau partai nasionalnya mau. Kalau PDIP mau. Kan mereka mikir juga, PDIP lebih baik dengan Gerindra, atau Hanura. Kemarin saja sudah pendekatan ke Nasdem kan," katanya.
Sedangkan kans tokoh Islam lain seperti Rhoma Irama dan Suryadharma Ali, juga sama dengan Mahfud. Mereka tak akan bisa bersaing dengan Jokowi sebagai capres. Peluang para tokoh Islam ini mentok di posisi cawapres.
Sementara itu, penelitian ini juga menyoroti nasib partai-partai Islam dalam pemilu legislatif maupun pemilu presiden pada 2014 nanti. Hasil survei menunjukkan bahwa 45,6 persen publik mengaku setuju terhadap wacana koalisi partai-partai Islam. Setidaknya ada dua alasan utama yang disampaikan responden mengapa partai-partai Islam perlu berkoalisi, yakni koalisi partai-partai ini diharapkan bisa menjadi pintu masuk bagi upaya mempersatukan umat Islam di Indonesia. Selanjutnya, dengan berkoalisi, partai-partai Islam diharapkan dapat memenangkan Pilpres 2014, atau minimal tidak sekedar menjadi pengekor apalagi penonton.
Di survei ini juga menyebut, Mahfud MD difavoritkan sebagai calon yang diusung dari Partai Kebangkitan Bangsa, dengan nilai 31,4 persen. Mahfud mengalahkan Jusuf Kalla dengan 20,7 persen, Rhoma Irama dengan 12,7 persen, dan Muhaimin Iskandar dengan 9,6 persen.

Sumber :
tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar