Selasa, 05 November 2013

(Sun Tzu) Strategi SBY melawan Jokowi

Mungkin masih ingat di kepala pada Tahun 2004, Partai Demokrat yang merupakan partai baru dan papan tengah dapat mengalahkan perebutan kursi Kepemimpinan Nasional melawan partai kelas atas, selanjutnya pada Tahun 2009, semua kalangan dikejutkan dengan kemenangan 1 (satu) putaran pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) - Boediono dengan hasil yang fantastis mendulang suara lebih dari 60%.
Dari 2 (dua) fakta tersebut, sudah sepantasnya kita tidak menganggap remeh sosok SBY sebagai nahkoda dari Partai Demokrat. SBY adalah lulusan terbaik Akabri angkatan 1973 dengan penghargaan Adhi Makayasa sebagai bentuk prestasi tertinggi, seorang akademisi (pengajar), pemikir, gemar membaca, politikus, birokrat dan negarawan.
Akhir-akhir ini kita disuguhi berita serangan para kader Partai Demokrat termasuk SBY yang bertindak sebagai ketua partai, Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara ikut-ikutan mengeluarkan pernyataan terkait Jokowi sebagai lawan politiknya. Pernyataan tersebut seperti membabi buta, tidak terkontrol dan terkesan ceroboh. Apakah SBY dan kader Partai Demokrat memang seceroboh itu? Penulis melihat makna lain dibalik hal tersebut bahwa tindakan tersebut sangat terukur dan terarah.
Mengutip pemikirin Sun Tzu yang merupakan seorang pemikir dan ahli perang,
“If your enemy is secure at all points, be prepared for him. If he is in superior strength, evade him. If your opponent is temperamental, seek to irritate him. Pretend to be weak, that he may grow arrogant. If he is taking his ease, give him no rest. If his forces are united, separate them. If sovereign and subject are in accord, put division between them. Attack him where he is unprepared, appear where you are not expected.”If your opponent is temperamental, seek to irritate him
Makna dari kalimat ini adalah, di dalam perang maka yang dikatakan musuh bukan hanya pemimpinnya namun termasuk pasukannya, SBY dan Kader Partai Demokrat paham betul terkait karakteristik pendukung Jokowi dan mencoba memancing target yang temperamental untuk keluar, dan hal ini penulis lihat berhasil dilakukan, tujuannya adalah:
Pretend to be weak, that he may grow arrogant
Membuat diri mereka seolah-olah lemah, sehingga pihak musuh menjadi sombong, sehingga:
If his forces are united, separate them
Kekuatan yang tadinya bersatu, sedikit demi sedikit mulai memisahkan diri, karena merasa ada yang salah dengan kelompoknya, memunculkan keragu-raguan, perdebatan, dan akhirnya terpecah.
Dari argumen ini, penulis meyakini bahwa mereka sedang memainkan strategi kuno yang bila dimainkan dengan baik dan benar akan berdampak besar dan membawa keunggulan bagi mereka, saat ini perlahan tapi pasti, tujuan yang ingin mereka capai sudah mulai terlihat. Semakin mendekati Pemilu dan Pilpres maka strategi “surprise” yang akan dikeluarkan.
Melawan strategi harus dilawan dengan strategi. [/Muhammad Syah Irsan]


Catatan :
Penulis berkarir sebagai Dosen dan Konsultan Independen, Founder dari Strategic Studies Center, Co-Partner perusahaan jasa bidang keamanan dan intelijen.
Sumber :
kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar