Bagaimana menggambarkan sosok Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), dengan segala sepak terjangnya selama ini, hanya dengan dua kata. Jawabannya pun bisa beragam dan orang mungkin bisa berbeda pendapat, termasuk Anda.
"Kata pertama 'tulus.' Boleh dong seorang untuk menjadi Presiden harus tulus," ujar pakar komunikasi politik, Effendi Gazali dalam peluncuran buku terbitan Elexmedia Komputindo, 'Jokowi (Bukan) untuk Presiden,' di Gramedia Matraman, Jakarta, Sabtu (19/10/2013).
Effendi yang didapuk sebagai pembicara dalam peluncuran buku hasil kumpulan tulisan kompasianer di Kompasiana itu memberi alasan kenapa menjawab tulus. Hal itu didasarinya dari pandangan umum tulisan kompasianer menyoal Jokowi.
"Dan kata kedua adalah, 'hahahaha,'" ungkap Effendi. Sontak, jawabannya yang kedua membuat kompasianer yang hadir ikut tertawa. Bahkan, di akhir sesi penyerahan simbolik buku, Effendi memeragakan mimik ketawa Jokowi seperti yang ada dalam sampul depan buku itu.
Jawaban Effendi berbeda dengan Pepih Nugraha, Community Managing Editor Kompas.com. Pria yang akrab disapa Kang Pepih dan memberi pengantar dalam buku itu, lebih memilih jawaban yang lekat dengan dunianya sebagai jurnalis. Dua kata itu adalah "media darling."
Namun, Effendi buru-buru melontarkan ketidaksetujuannya dengan jawaban Kang Pepih. Pasalnya, prinsip seorang menjadi media darling, pada waktunya akan timbul dan tenggelam.
"Kalau kata kuncinya media darling, terus ada media darling yang begitu lebih hebat, itu akan masalah," kata Effendi.
Effendi menilai, buku ini harus diapresiasi karena dilahirkan dengan sebuah pemikiran yang dilukiskan masyarakat atas apa yang dialaminya selama kepemimpinan Jokowi, bersama wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, untuk DKI Jakarta.
Buku setebal 336 halaman ini memuat 71 tulisan mengenai Jokowi dari 42 Kompasianer, sebutan blogger Kompasiana yang pernah ditayangkan di situs Kompasiana.com. Inilah buku pertama mengenai Jokowi dari sudut warga biasa.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar