Senin, 07 Januari 2013

Jokowi: Deep Tunnel Bisa Dibatalkan

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengatakan pembangunan Multi Purpose Deep Tunnel atau terowongan raksasa bawah tanah multi guna bisa dibatalkan jika laporan detail kajiannya menyatakan tidak efektif mengatasi banjir. "Kalau cuma dua titik banjir buat apa, masak proyek triliunan cuma dua titik, misalnya," kata Jokowi, Senin, 7 Januari 2013.


Saat ini, kata Jokowi, dirinya masih menunggu laporan detil proyek senilai Rp 16 triliun itu. Dia ingin jika gorong-gorong sepanjang 23 kilometer itu bisa mengatasi banjir yang kerap menghantui Ibu Kota. "Sekarang (detail kajian) masih dalam proses," ujarnya.

Deep Tunnel akan di bangun dari ruas Jalan MT Haryono menuju Manggarai, Karet, dan berujung di Pluit. Panjangnya mencapai 22 kilo meter dengan kapasitas limpasan air sebanyak 2,5 juta meter kubik tiap tiga jam. Menurut Jokowi, Deep Tunnel di Jakarta lebih canggih ketimbang milik Malaysia.


Alasannya, gorong-gorong raksasa di Jakarta lebih multifungsi daripada SMAR Tunnel Kuala Lumpur yang cuma bisa digunakan menjadi dua fungsi. "Kalau di sini nanti bisa untuk banjir, jalan tol, saluran air, kabel listrik, dan air baku," kata dia.

Mantan Wali Kota Surakarta itu menolak tudingan bahwa proyek pembangunan gorong-gorong ini merupakan kebijakan reaktif. "Itu kan sudah bertahun-tahun direncanakan, blue print-nya saja sudah lama. Digagas sejak 2005," katanya.


Cuma saja, dia menambahkan, proyek ini terhambat lantaran minimnya dana dan kesiapan pelaksanaannya. "Kita itu berkutat di situ-situ, kalau sedikit-sedikit berpolemik, ramai, ya tidak mulai-mulai," ujarnya.


Sebelumnya, peneliti Rujak Center, Elisa Sutanudjaja, menilai kebijakan pembangunan Deep Tunnel terlalu reaktif. Alasannya, kebijakan itu diambil tanpa mempertimbangkan kondisi tanah Jakarta. Apalagi, kontur tanah di Jakarta dan Kuala Lumpur, Malaysia, yang dijadikan contoh sangat berbeda. Kritikan Elisa dibantah penggagas Deep Tunnel, Firdaus Ali. “Kalau enggak ngerti, jangan asal ngomong,” kata Firdaus.


Jokowi mengungkapkan, banyak proyek besar di Jakarta yang sudah selesai kajiannya, namun tidak kunjung direalisasikan. "MRT sudah 20 tahun tidak mulai-mulai, monorel tidak mulai-mulai," kata dia. Karena itu, dia menegaskan akan mengambil keputusan untuk melanjutkan pembangunan proyek besar di Ibu Kota itu.

Sebelumnya, peneliti Rujak Center, Elisa Sutanudjaja, menilai kebijakan pembangunan Deep Tunnel terlalu reaktif. Alasannya, kebijakan itu diambil tanpa mempertimbangkan kondisi tanah Jakarta. Apalagi, kontur tanah di Jakarta dan Kuala Lumpur, Malaysia, yang dijadikan contoh sangat berbeda.


Sumber :
www.tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar