Selasa, 11 November 2014

Obsesi Jokowi: Kawinkan Tol Laut dan Jalur Sutera

Presiden Joko Widodo serius mengupayakan terhubungnya tol laut Indonesia dengan Jalur Sutra abad ke-21 Cina sebagai poros maritim dunia. Gagasan baru itu akan menjadi fokus kerja sama saling menguntungkan di antara kedua negara. "Yang sedang diusahakan Presiden mempertemukan dua konsep itu,” kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto di sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), di Beijing, Cina, Selasa (11/11/2014).
Jalur Sutra, yang terbagi menjadi jalur darat dan jalur laut, adalah rute tata niaga yang menghubungkan Eropa ke Asia Tengah dan Asia Timur, serta tata niaga dan jalur energi dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Timur. Guna memuluskan rencananya, Cina mempelopori pendirian Bank Investasi Infrastruktur Asia senilai US$ 50 miliar serta program Dana Jalur Sutra sebesar US$ 40 miliar.
Jalur Sutra maritim itu dipastikan bersinggungan dengan konsep tol laut. Rutenya meliputi Eropa, masuk Laut Merah di Afrika, lalu ke Samudra Hindia, terus menuju India, Bangladesh, Burma, kemudian masuk ke Indonesia melalui Selat Malaka. Juga menyusur lewat selatan yang masuk Selat Lombok, Selat Sunda, Wetar, Selat Sunda. "Ini terus ke utara, lalu masuk ke Laut Tiongkok Selatan," kata dia.
Tol laut Jokowi nantinya akan mengembangkan dua pelabuhan sebagai hub internasional, yakni Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara, di Selat Melaka; dan Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara. Nantinya, barang dari dan ke Asia Timur masuk melalui Bitung, sementara dari dan ke Eropa melalui Kuala Tanjung. Perkiraan sementara, dibutuhkan dana US$ 5-6 miliar untuk merealisasi tol laut. “Lima tahun beres,” kata Direktur Utama R.J. Lino. Jokowi juga akan menyiapkan 20-an pelabuhan sebagai hub feeder.
Sayangnya, hub internasional di Bitung sebagai pintu ke Asia Timur akan terhambat akibat hubungan Cina dan Filipina yang memanas terkait dengan klaim wilayah Laut Cina Selatan. Cina mengucilkan Filipina dengan menghindari negara kepulauan itu dalam rute Jalur Sutra.
Andi Widjajanto menyatakan Amerika Serikat memiliki andil penting dalam konteks menyambungkan konektivitas maritim yang akan dibangun Indonesia. Menurut dia, kehadiran Armada VII Amerika (yang berada di Singapura, Filipina, dan Thailand) akan memberikan tekanan untuk terhubungnya negara-negara maritim di sekitar Indonesia, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam hingga Cina.
Pengamat politik dan kawasan ASEAN dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Adriana Elisabeth, mendukung pilihan Presiden Jokowi mengikutsertakan Indonesia menjadi bagian dari Jalur Sutra Cina dalam APEC 2014. Indonesia tidak ikut mendukung konsep Trans Pacific Partnership (TPP) yang diusung Amerika Serikat. Jalur Sutra akan membangun banyak infrastruktur baru, sedangkan TPP hanya memperkuat kerja sama ekonomi negara-negara yang secara infrastruktur telah mapan. "Jalur Sutra laut akan meramaikan wilayah laut kita.”
Pengamat dari Centre for Strategic and International Studies, Yose Rizal Damuri, menilai inisiasi poros maritim versi Xi Jinping dan Jokowi menemukan momentum yang tepat di forum APEC. "Indonesia punya kesempatan menitikberatkan Jalan Sutra terhadap pembangunan infrastruktur dan jasa maritim yang lebih kompetitif."  [tempo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar