Presiden Joko Widodo serius mengupayakan terhubungnya tol laut Indonesia
dengan Jalur Sutra abad ke-21 Cina sebagai poros maritim dunia. Gagasan
baru itu akan menjadi fokus kerja sama saling menguntungkan di antara
kedua negara. "Yang sedang diusahakan Presiden mempertemukan dua konsep
itu,” kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto di sela Konferensi Tingkat
Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), di Beijing, Cina,
Selasa (11/11/2014).
Jalur Sutra, yang terbagi menjadi jalur
darat dan jalur laut, adalah rute tata niaga yang menghubungkan Eropa
ke Asia Tengah dan Asia Timur, serta tata niaga dan jalur energi dari
Afrika ke Asia Selatan dan Asia Timur. Guna memuluskan rencananya, Cina
mempelopori pendirian Bank Investasi Infrastruktur Asia senilai US$ 50
miliar serta program Dana Jalur Sutra sebesar US$ 40 miliar.
Jalur
Sutra maritim itu dipastikan bersinggungan dengan konsep tol laut.
Rutenya meliputi Eropa, masuk Laut Merah di Afrika, lalu ke Samudra
Hindia, terus menuju India, Bangladesh, Burma, kemudian masuk ke
Indonesia melalui Selat Malaka. Juga menyusur lewat selatan yang masuk
Selat Lombok, Selat Sunda, Wetar, Selat Sunda. "Ini terus ke utara, lalu
masuk ke Laut Tiongkok Selatan," kata dia.
Tol
laut Jokowi nantinya akan mengembangkan dua pelabuhan sebagai hub
internasional, yakni Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara, di Selat
Melaka; dan Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara. Nantinya, barang dari dan
ke Asia Timur masuk melalui Bitung, sementara dari dan ke Eropa melalui
Kuala Tanjung. Perkiraan sementara, dibutuhkan dana US$ 5-6 miliar untuk
merealisasi tol laut. “Lima tahun beres,” kata Direktur Utama R.J.
Lino. Jokowi juga akan menyiapkan 20-an pelabuhan sebagai hub feeder.
Sayangnya,
hub internasional di Bitung sebagai pintu ke Asia Timur akan terhambat
akibat hubungan Cina dan Filipina yang memanas terkait dengan klaim
wilayah Laut Cina Selatan. Cina mengucilkan Filipina dengan menghindari
negara kepulauan itu dalam rute Jalur Sutra.
Andi
Widjajanto menyatakan Amerika Serikat memiliki andil penting dalam
konteks menyambungkan konektivitas maritim yang akan dibangun Indonesia.
Menurut dia, kehadiran Armada VII Amerika (yang berada di Singapura,
Filipina, dan Thailand) akan memberikan tekanan untuk terhubungnya
negara-negara maritim di sekitar Indonesia, seperti Singapura, Malaysia,
Thailand, Vietnam hingga Cina.
Pengamat
politik dan kawasan ASEAN dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Adriana Elisabeth, mendukung pilihan Presiden Jokowi mengikutsertakan
Indonesia menjadi bagian dari Jalur Sutra Cina dalam APEC 2014.
Indonesia tidak ikut mendukung konsep Trans Pacific Partnership (TPP)
yang diusung Amerika Serikat. Jalur Sutra akan membangun banyak
infrastruktur baru, sedangkan TPP hanya memperkuat kerja sama ekonomi
negara-negara yang secara infrastruktur telah mapan. "Jalur Sutra laut
akan meramaikan wilayah laut kita.”
Pengamat
dari Centre for Strategic and International Studies, Yose Rizal Damuri,
menilai inisiasi poros maritim versi Xi Jinping dan Jokowi menemukan
momentum yang tepat di forum APEC. "Indonesia punya kesempatan
menitikberatkan Jalan Sutra terhadap pembangunan infrastruktur dan jasa
maritim yang lebih kompetitif." [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar