Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menyarankan
pemerintah mendatang untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
subsidi di awal tahun. Penaikan harga BBM subsidi dinilai bakal
berdampak positif terhadap ekonomi Indonesia.
"Maret, saat terbaik. Sentimen positif akan menyebabkan capital
inflow akan menguat dan mulai melonggarkan likuiditas, sehingga BI Rate
bisa diturunkan," katanya di Jakarta, Senin (1/9/2014).
Atas dasar itu, pemerintah mendatang yang dipimpin Jokowi-JK jangan
tanggung-tanggung menaikkan harga BBM subsidi. Semakin besar nilai
penaikan, kian luas juga ruang fiskal yang bisa diperoleh.
"Naik jangan Rp 500 per liter, tidak ada pengaruhnya. Artinya
menaikkan Rp 500 - Rp 2.000 per liter akan sama responnya," ujar Tony.
Dia juga berharap kepimpinan Jokowi-JK dapat memberikan sentimen
positif untuk pasar modal dan juga nilai tukar rupiah. Untuk itu,
Jokowi-JK diminta dapat menyusun kabinet sesuai harapan rakyat dan dapat
memacu aliran investasi asing ke Tanah Air.
"Kita harap 20 Oktober ada Jokowi efek, sehingga mampu membuat rupiah
menjadi menguat terhadap dolar. Dan nantinya dapat menurunkan BI Rate
secara pelan-pelan, dari sekarang 7,5 persen," ujarnya.
Tony mengingatkan, pada saat Jokowi mengumumkan pencalonannya sebagai presiden, rupiah menguat Rp 11.200 per USD.
"Namun itu tidak lama, karena adanya kabar quantitative easing mau
dihentikan, jadi rupiah melemah lagi. Suasana pemilu yang menegangkan
juga menghilangkan Jokowi effect," jelas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar