Senin, 01 September 2014

Demokrat Pesan Agar Jokowi Siap-siap Naikkan Harga BBM

Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) sudah menyatakan kesiapannya jika terpaksa harus menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Menanggapi wacana itu, Ketua Komisi VII DPR RI dari fraksi Demokrat Milton Pakpahan menilai, masyarakat Indonesia pada dasarnya memahami jika harga BBM bersubsidi sudah tidak rasional.
Oleh sebab itu, kenaikan harga BBM dirasa memang jalan yang tepat untuk dilakukan.
Namun dia menilai, pemerintah baru dalam hal ini pemerintahan Jokowi perlu mengantisipasi dampak inflasi dari kenaikan tersebut. Agar kenaikan BBM tidak terlalu membebani kenaikan angka inflasi.
"Semua cara kita lakukan karena energi ini akan hadapi krisis yang besar," ujar dia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (1/9/2014).
"Ya kita konsisten juga jaga pengendalian dan sediakan alokasi. Kalau habis pemerintah berikut harus tambah kuota BBM sampai selesai. Dan sediakan BBM dengan harga yang lebih baik yang disesuaikan," ucap dia.
Dia tidak menyebut soal waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM. Milton yakin pemerintahan Jokowi sudah melakukan kajian dan nantinya suara parlemen baru harus didengar.
Dia hanya menghitung, jika pemerintah menaikkan harga BBM subsidi sebesar Rp 2.000 per liter, maka akan ada penghematan sebesar Rp 96 triliun dari beban subsidi BBM.
"Bisa dikasih ke masyarakat bawah. Memang akan ada inflasi, tapi bisa tertutup untuk masyarakat bawah dengan bantuan dalam bentuk apalah," jelas dia.
Sementara itu anggota Komisi VII DPR Tommy Adrian berpesan agar Jokowi siap menaikkan harga BBM bersubsidi. Sebab, beban subsidi yang ditanggung pemerintah sudah terlampau besar.
"Kalau menurut saya dengan Rp 6.500 dinaikan jadi Rp 7.500 wajar. Seribu pelan-pelan, tahun depan naik lagi seribu tahun berikutnya seribu," tuturnya.
Lain halnya dengan Anggota Komisi VII lainnya yakni Dito Ganinduto yang menganggap masih ada jalan lain selain menaikkan harga BBM subsidi.
Politikus dari partai berlambang pohon Beringin ini mengatakan, menaikkan harga BBM bersubsidi adalah opsi terakhir untuk melonggarkan ruang fiskal.
"Kalau enggak perlu dinaikin mendingan jangan. Karena kita lihat saat ini TDL (tarif dasar listrik) sudah naik, LPG (12kg) dikit lagi naik. Kalau dinaikkan lagi BBM nya bukankah akan memberatkan rakyat?" ucap dia.  [merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar