Pembentukan Tim Transisi oleh presiden terpilih Joko Widodo ternyata membuat kesal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam rapat kabinet paripurna di Istana Presiden, Jumat (5/9/2014), Presiden menegur Tim Transisi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) yang langsung masuk ke tiap kementerian tanpa ada koordinasi.
“Pemerintahan sekarang adalah pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II hasil Pemilihan Umum 2009. Sampai 20 Oktober 2014, yang berkaitan dengan pemerintahan adalah saya yang bertanggung jawab,” kata SBY, Jumat (5/9/2014).
Kekesalan itu sepertinya berawal dari pembentukan Tim Transisi yang dilakukan sebelum adanya putusan Mahkamah Konstitusi tentang sengketa pemilihan presiden.
Meskipun demikian, mungkin saja ada motif lain SBY dalam mengungkapkan kekesalannya, yaitu memperbaiki citra SBY karena hancurnya citra SBY di akhir masa pemerintahannya. Maklum kabar terakhir yang adalah ditetapkannya salah satu menteri dari partai Demokrat sebagai tersangka korupsi di kementerian ESDM.
Berikut ini hal-hal yang membuat SBY meradang.
Pembentukan Tim Transisi
SBY mengkritik pembentukan Tim Transisi pada 4 Agustus 2014. Padahal putusan Mahkamah Konstitusi mengenai sengketa pemilihan presiden baru dibacakan pada 21 Agustus 2014. “MK masih bersidang dan belum memberikan putusan. Rasanya tidak tepat dan tidak etis, saya imbau semua pihak bersabar,” ujar SBY dalam video di laman YouTube yang berjudul “Apa Tanggapan Presiden SBY terhadap Proses Transisi Calon Presiden Terpilih”, Kamis, 7 Agustus 2014.
Kenaikan Harga BBM Bersubsidi
Setelah dibentuk, Tim Transisi mulai bekerja. Salah satunya, mereka mendesak supaya pemerintah SBY menaikkan harga BBM bersubsidi. Permintaan ini ditolak oleh Presiden.
“Sikap pemerintah SBY demikian karena tahun lalu pemerintah baru menaikkan harga BBM bersubsidi 33 persen. Itu tentu memberatkan masyarakat,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung, Jumat, 29 Agustus 2014.
Mendatangi Kementerian
Beberapa menteri mengaku "didatangi" orang-orang yang mengaku dari Tim Transisi. Selain datang sendiri-sendiri, perwakilan Tim Transisi itu tak memegang surat mandat dari Jokowi.
“Pemerintahan sekarang adalah pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II hasil Pemilihan Umum 2009. Sampai 20 Oktober 2014, yang berkaitan dengan pemerintahan adalah saya yang bertanggung jawab,” kata SBY dalam rapat kabinet paripurna di Istana Presiden, Jumat, 5 September 2014.
Bantahan dari Tim Transisi
Tim transisi Pemerintahan Jokowi-JK menegaskan tidak pernah mengintervensi pemerintahan SBY.
"Intervensinya dimana?" ujar Deputi Tim Transisi Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto, Sabtu (6/9/2014).
Hasto justru menganggap pemerintahan SBY adalah pemerintahan yang kuat.
"Kami tidak pernah intervensi. Lagipula, instrumennya juga tidak ada untuk intervensi," kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDIP itu.
Hasto mengatakan bahwa pihaknya pun sadar hanya bertugas mempersiapkan pemerintahan Jokowi-JK.
"Minta informasi, masak disebut intervensi. Kami tidak pernah mengusulkan kebijakan-kebijakan ke pemerintahan Pak SBY," ungkapnya.
Tanggapan JK
Menanggapi hal tersebut, JK dengan santai pernyataan mengatakan,
"Waktu itu belum
ada aturan. Sekarang ada aturannya. Sebelumnya nggak ada," ujar JK di
sela-sela acara silaturahmi Fraksi PDIP di Hotel Dharmawangsa, Jl
Brawijaya. Jaksel, Minggu (7/9/2014).
JK mengutarakan, Tim Transisi sendiri tidak memiliki masalah. Dirinya mengutarakan wajar jika tim memiliki banyak pandangan.
"Ndak
ada masalah, jika punya pandangan-pandangan tak apa-apa, semua punya
pandangan, masyarakat juga punya pandangan," jelasnya.
JK menuturkan, memang sebelumnya dalam Tim Transisi ini tidak ada aturan terkait hal itu. Namun, saat ini sudah dibenahi.
"Memang tidak ada aturannya teman-teman terlalu banyak. Sekarang sudah diatur," ujarnya.
Tak Ada Niat
Tim Transisi Jokowi-JK menegaskan pihaknya sama sekali tidak berniat
mengganggu pemerintahan SBY. Pernyataan ini terkait dengan
statemen SBY hari Jumat lalu yang menyatakan bahwa ada batasan yang
harus dipatuhi oleh Tim Transisi.
"Kami tanggapi kritik SBY
tersebut, kami memahami ini adalah masa pemerintahan periode SBY, kami
tidak ada niatan sedikit pun untuk mengganggu dan mencampuri urusan
(pemerintahan SBY),"kata Deputi Tim Transisi yang juga Wasekjen PDIP
Hasto Kristiyanto.
Hasto menyatakan hal itu saat menjawab
pertanyaan wartawan tentang kritik SBY pada Jumat lalu. Hasto ditemui di
Hotel The Dharmawangsa, Jl Brawijaya, Jaksel, di sela-sela silaturahmi
FPDIP DPR, Minggu (7/9/2014).
Hasto menegaskan pihaknya justru
mendukung pemerintahan SBY sekarang ini bahkan Tim Transisi sudah
merumuskan rencana selama 3 bulan ke depan yang tertuang dalam RKP.
"Memang
kami memahami kritikan yang disampaikan Pak SBY, tapi di sisi lain kami
memiliki banyak relawan yang juga ingin terlibat, pada dasarnya semua
pihak yang terlibat ingin terjun langsung dan mereka melakukannya secara
terbuka," ujarnya.
Hasto menegaskan, pihak yang memiliki
otoritas langsung berkomunikasi dengan pemerintahan SBY adalah staf yang
ditunjuk Jokowi yang diketuai Rini Soemarno.
"Dalam hal
koordinasi, kami kini berencana untuk berkomunikasi dengan Mensesneg
maupun Kemenko Polhukam dan Menko Perekonomian. Kami ingin menertibkan
mekanisme koordinasi," ujarnya.
Presiden SBY sebelumnya
menegaskan dirinya masih bertanggung jawab penuh hingga 20 Oktober
mendatang untuk menjalankan pemerintahan. SBY juga menjelaskan batasan
apa saja yang harus dipatuhi oleh tim transisi bentukan Jokowi-JK dalam
berdiskusi dengan kabinetnya.
"Jadi kalau cara pandang atau mind
setnya kita harus lakukan bersama-sama, perencanaannya bersama-sama,
pengelolaan masalahnya bersama-sama, mengatasi subsidi bersama-sama,
saya katakan keliru," tegas SBY.
"Sampai 20 Oktober, segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan kita, saya yang bertanggungjawab," lanjutnya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar