Bahan Bakar Minyak (BBM ) bersubsidi diprediksi akan melebihi kuota
pada beberapa bulan ke depan. Ada dua hal yang mendasari prediksi
tersebut. Pertama, tiadanya pengendalian BBM subsidi. Kedua, tidak ada
kenaikan harga BBM setidaknya hingga pertengahan Oktober mendatang.
Apakah akan ada kebijakan menaikkan harga BBM pada awal pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla(JK), setelah dilantik 20 Oktober?
Inilah yang masih menjadi
kajian dan tarik ulur kepentingan. Tim Transisi Jokowi-JK sebenarnya telah menyiapkan program sebagai
bantalan sosial jika BBM bersubsidi dinaikkan antara Rp 500,- hingga
Rp 3.000,- per liter. Program tersebut di antaranya revitalisasi pasar
tradisional, pembangunan puskesmas dan penyiapan dokter. Program ini
disebut sebagai treatment langsung dan nyata bisa dinikmati masyarakat
dari proses kenaikan harga BBM bersubsidi (premium dan solar).
Artinya program ini dapat berjalan lancar, jika tersedia dana cukup,
setidaknya Rp60 triliun untuk merealisasikan beberapa program awal
pemerintahan baru di bidang pendidikan, kesehatan dan pengentasan
kemiskinan. Dana tersebut akan tercukupi di antaranya dari hasil
kenaikan harga BBM. Kalau BBM tidak dinaikkan, akan terjadi kendala
karena sebagian besar dana tersedot untuk kepentingan subsidi. Dengan
begitu kebijakan tidak berjalan mulus, program pun boleh jadi akan
mangkrak atau jalan di tempat.
Wajar jika desakan menaikkan harga BBM begitu kuat, termasuk dari
PDIP, partai pendukung utama pasangan Jokowi-JK, yang sebelumnya
pernah menolak kenaikan harga BBM yang diajukan Presiden SBY.
PDIP berpendapat karena kondisi keuangan negara saat ini mengharuskan pemerintah mencabut subsidi BBM.
Berdasarkan asumsi, penghematan anggaran mencapai Rp12 triliun hingga
Desember jika harga BBM dinaikkan sebesar Rp 1.000,- per liter mulai
Oktober. Artinya anggaran dihemat Rp4 triliun sebulan dengan kenaikan
harga BBM Rp 1.000,- kalau naik Rp 2.000,- per liter, penghematan lebih besar
lagi bisa mencapai sekitar Rp 80 triliun. Anggaran inilah yang bisa
menopang pelaksanaan program pengentasan kemiskinan dan peningkatakan
kesejahteraan masyarakat.
Lantas bagaimana dukungan politik atas penghapusan subsidi BBM ini?
Diduga penolakan akan datang dari partai koalisi Merah Putih di
parlemen. Beragam kritikan akan dilontarkan, di antarnya kenaikan harga
BBM akan makin menyengsarakan rakyat, mendongkrak laju inflasi menyusul
kenaikan harga barang dan jasa. Belum lagi, program kompensasi yang
ditawarkan, bisa saja akan dinilai tidak langsung dirasakan rakyat
kecil.Itulah tantangan yang bakal dihadapi pemerintahan baru mendatang.
Cara Gampang Kurangi Subsidi BBM
Cara gampang dan langsung dapat
diimplementasikan yang adalah menaikkan Pajak Kendaraan Bermotor dengan
amat signifikan baik untuk mobil maupun untuk sepeda motor dan semua
kendaraan yang mengkonsumsi BBM. Khusus untuk angkutan umum atau
kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas dan listrik, Jokowi bisa
memberikan pembebasan 100%. Dengan mengambil pajak yang tinggi untuk
semua kendaraan bermotor, maka dipastikan orang akan berfikir 1000x
untuk membeli kendaraan bermotor dan mereka cenderung bermigrasi ke
transportasi umum.
Dengan menaikkan pajak kendaraan bermotor
yang mengkonsumsi BBM kecuali angkutan umum, pemerintahan Jokowi-JK bisa
mendapatkan tambahan dana yang sangat besar sehingga tetap terus
mensubsidi BBM, juga dipastikan tidak pernah salah sasaran sebab yang
dikenai pajak adalah mereka yang punya mobil (objeknya sangat jelas).
Tidak juga perlu pengawasan yang bertele-tele sebab imlementasinya
sangat gampang. Berani mencoba? Mudah-mudahan. [Poskota]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar