Sabtu, 30 Agustus 2014

Dari Bali Lanjut ke Depok

Setibanya dari kunjungan ke Bali, Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) langsung menuju pesantren Al Hikam di Depok, Jawa Barat. Kedatangannya langsung disambut tokoh PBNU KH Achmad Hasyim Muzadi.
Jokowi tiba sekitar pukul 15.36 WIB. Melihat kedatangan Jokowi, anak-anak di sekitar langsung heboh dan berteriak.
Memakai kemeja putih dan peci hitam, dia pun memberi salam kepada anak-anak tersebut.
Jokowi langsung masuk ke kediaman Hasyim yang berada di area pesantren. Tak lupa, dia juga mencium tangan mantan cawapres Megawati Soekarnoputri itu.
Selang beberapa saat, Jokowi dan Hasyim bersama-sama langsung menuju tempat pertemuan pengurus NU se-Indonesia yang sedang berdiskusi dengan tema 'halal bi halal dan sarasehan nasional ulama pesantren dan cendekiawan tentang keagamaan, keumatan dan kebangsaan'. Di dalam acara, Jokowi duduk sejajar dengan Panglima TNI Moeldoko yang hadir lebih dulu.
Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi menegaskan para kyai yang hadir adalah mereka yang mendukung Jokowi-JK selama pencalonan. Namun para kyai juga siap untuk mengawal perjalanan pemerintahan Jokowi-JK setelah terpilih. "Mereka siap melakukan pengawalan. Menjaga agama agar lurus, tata hukum dan negara, menjamin keutuhan NKRI," ungkap Hasyim.
Hasyim menegaskan, implementasi agama selama ini tergantung siapa yang menggunakan. Ulama yang saat ini berkumpul, kata dia, sudah teruji dalam proses negara dimana NU selalu lurus menjaga keutuhan NKRI.
"Apabila salah, maka agama bisa berhadapan dengan negara. Maka kyai yang berkumpul inilah menjaga keserasian bernegara, hal - hal yang bersifat teknis akan kami sampaikan sambil pemerintahan berjalan, NU harus mendukung revolusi akhlak," tutupnya.

Moeldoko dan Jokowi Beri Pencerahan Pada Ratusan Kiai NU
Jokowi dan Moeldoko didaulat  memberi pencerahan kepada ratusan kiai  Nahdlatul Ulama (NU) yang berkumpul dalam
Dipandu Jimly Asshiddiqie, Moeldoko mengisyaratkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan UUD 1945 dan Pancasila menjadi mutlak pilihan keberagaman SARA. “Demokrasi yang kita anut adalah demokrasi Pancasila, bukan demokrasi model barat atau model lainnya. Karena inilah anugerah dari Allah SWT, yang wajib kita pelihara sebagaimana amanah keberagaman NU,” ujarnya menjawab sejumlah pertanyaan peserta perwakilan NU dari 34 provinsi se-Indonesia.
Dijelaskannya, banyak model demokrasi di belahan dunia lain menelan pil pahit lantaran perpecahan internal seperti Arab Spring di Timur Tengah, Irak hingga negara-negara di benua Afrika. “Kalau sudah terpecah sebuah negara apalagi seperti Indonesia maka sulit dikembalikan lagi persatuan dan kesatuannya. Jadi, marilah kita bergandengan tangan dengan seluruh elemen bangsa bersatu.”
Jokowi mengapresiasi langkah KH Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum PBNU, yang seringkali silaturahim internal NU membahas masalah-masalah nasional dan mencari solusi terbaik mempertahankan NKRI. “Ini sejalan dengan Revolusi Mental kami yaitu mengembalikan kemurnian akhlak sebagai manusia yang hakiki, sebagai khalifatullah di bumi khususnya Indonesia. Negara dan Agama (Samawi) seperti air dan ikan, saling membutuhkan,” ujar presiden terpilih itu. “Mari kita mulai kejujuran dari diri kita untuk bangsa dan negara karena laporan Asal Bapak Senang (ABS) penyebab salah menerapkan kebijakan, dan hal ini (ABS) akan saya hapus saya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar