Sabtu, 03 Agustus 2013

Sakit Hati Pada PDIP, Bantai Jokowi Dengan Survei Abal-Abal

Masinton Pasaribu, Ketua Umum Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), menyatakan banyak kalangan meragukan hasil survei yang diumumkan oleh Focus Survey Indonesia (FSI) yang dirilis Jumat, (2/8/2013) kepada media massa.
Masinton menjelaskan, survei FSI menempatkan Prabowo pada urutan pertama dengan 27,4 persen suara, disusul Megawati 12,7 persen, dan Joko Widodo 11,5 persen suara. Jika pilpres dilakukan pada hari ini, maka Prabowo mengungguli Jokowi. Partai Gerindra memperoleh angka 21,2 persen, disusul PDI Perjuangan 19,7 persen, dan Golkar 17,1 persen.
"Kami menyampaikan beberapa fakta kebohongan FSI. Berdasarkan informasi yang sampai ke Repdem bahwa hasil survei yang diumumkan FSI adalah pembohongan publik," kata Masinton dalam keterangan persnya, Sabtu (3/8/2013).
Masinton menjelaskan kebohongan yang pertama, FSI tidak pernah melakukan survei langsung kepada masyarakat, entah itu melalui tatap muka, via telepon, maupun via email seperti yang diklaim oleh FSI. Dipastikan bahwa yang diumumkan FSI ke publik merupakan hasil survei abal-abal.
Kebohongan kedua adalah, persentasi angka yang diumumkan adalah berdasarkan hasil rekaan semaunya. Dengan tujuan menaikkan setinggi-tingginya elektabilitas Prabowo dan merendahkan serendah-rendahnya elektabilitas Jokowi.
"Kebohongan Ketiga, klaim Nelly Rosa Juliana (Direktur FSI) yang mengatakan bahwa lembaganya independen adalah bohong. Dilandasi oleh rasa sakit hati serta menuntut pamrih dari Jokowi dan PDI Perjuangan karena suami Nelly Rosa Juliana yang bernama Yudi Samhudi tidak lolos seleksi bakal caleg dari PDI Perjuangan. Kemudian melamar ke Gerindra dan dicalonkan menjadi Caleg di Dapil Jateng 6," tegas Masinton.
Repdem menghimbau agar FSI tidak melakukan pembohongan publik dengan merekayasa 'hasil survei jadi-jadian.' FSI harus meminta maaf kepada akademisi, pers, serta rakyat Indonesia, karena FSI telah merendahkan survei sebagai metode ilmu pengetahun.
"FSI harus meminta maaf kepada para akademisi, pers, serta rakyat Indonesia karena telah merendahkan survei sebagai metode ilmu pengetahuan," pungkasnya.

Sumber :
tribunnews.com

1 komentar: