Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) diundang sebagai pembicara seminar "Revitalisasi Paham Kebangsaan di Tengah Budaya Politik Pragmatis" di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta pada Sabtu, 28 September 2013. Megawati berbiara selama satu jam, adapun Jokowi hanya setengah jam dihadapan lima ratusan akademikus dan alumnus Universitas Sanata Dharma tersebut.
Sang moderator seminar, seorang aktivis Masyarakat Peduli Media, Darmanto, rupanya menyisipkan pujian dan membandingkan ke dua politikus PDI Perjuangan itu. Menurut dia, gaya Megawati berbicara di podium yang berapi-api di usia senja, mewarisi karakter Bung Karno. "Kalau, Jokowi itu seperti Satriya Piningit," kata dia dan disambut tempik sorak peserta seminar.
Darmanto beralasan Jokowi selama ini membawa karakter satriya yang bekerja keras sebagai pejabat negara. Namun, kata dia, Jokowi tidak suka menampilkan ambisi politiknya. "Bilangnya selalu nggak mikir, nggak mikir," kata Darmanto. Megawati tersenyum mendengar pujian itu. Jokowi pun tertawa.
Megawati dalam seminar itu mengkritik rasa nasionalisme kebangsaan yang terus merosot belakangan ini. Apalagi, kata dia kebijakan pembangunan nasional sudah jauh dari visi menegakkan kemandirian bangsa karena tidak memproteksi kalangan petani dan nelayan. "Sekarang malah banyak sekolah menolak mengibarkan bendera dan menyanyikan Indonesia Raya. Kalau saya menemui seperti itu, saya ingin usir mereka dari Indonesia," kata Megawati.
Adapun Jokowi menjelaskan pekerjaannya di Jakarta, seperti relokasi PKL dari jalanan Ibu Kota. "PKL jangan dibiarkan di jalan, mereka berhak mendapatkan ruang publik untuk bekerja di kota seperti di mall. Ini praktik prinsip kebangsaan, yakni kesetaraan dan keadilan," kata dia.
Sumber :
tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar