Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN)/Bappenas Dedy Priatna mengungkap alasan di balik
pembatalan dilanjutkannya megaproyek Jembatan Selat Sunda yang
diprakarsai PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS). GBLS merupakan
konsorsium gabungan anak perusahaan Artha Graha dan BUMN Lampung dan
Banten.
Alasan utama Presiden Joko Widodo menolak kehadiran jembatan raksasa
itu karena tidak ingin ketimpangan ekonomi semakin besar. Sekaligus
menjaga harga rumah di sekitar kawasan jembatan selat sunda tidak
melambung tinggi.
"Pemerintah Pak Jokowi ini sangat memperhatikan rakyat, dengan
dibangunnya itu maka harga rumah di situ akan naik berlipat-lipat,"
ujarnya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat (7/11/2014).
Selain itu, lanjutnya, jembatan sepanjang 27 kilometer itu diakui
bukan solusi mengurai kemacetan karena panjangnya antrean di Pelabuhan
Merak. Solusi dari kemacetan wilayah Merak adalah peremajaan kapal dan
penambahan dermaga di Pelabuhan Merak. "Kalau perlu tambah PMN di ASDP,"
tuturnya.
Di tempat terpisah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(Menteri PU dan Pera) Basuki Hadimuljono menambahkan, kawasan selat
sunda adalah ikon maritim Indonesia. Lalu lintas penyeberangan di
kawasan itu sangat tinggi. Jika jembatan selat sunda dibangun maka akan
memberhangus visi Jokowi menjadikan Indonesia poros maritim.
"Visi pemerintah sekarang membangun Indonesia dari pinggiran dan
memperkecil ketimpangan antar wilayah," jelasnya saat ditemui di Hotel
Four Season.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengaku tak keberatan
jika megaproyek Jembatan Selat Sunda batal terlaksana. Sebagai menteri
kabinet kerja, Jonan mengikuti kebijakan yang diambil Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Jonan mengatakan, sejauh ini proyek tersebut minim kemajuan. Karena
itu Jonan sependapat dengan yang disampaikan Kepala Bappenas Andrinof
Chaniago bahwa JSS tidak akan menjadi prioritas pemerintah Joko Widodo.
"Kan Menteri Bappenas sudah ngomong. Kalau kabinet kan suaranya satu," ujarnya di Pelabuhan Tanjung Priok.
Jonan menegaskan, pemerintahan Jokowi-JK memprioritaskan pembangunan
di sektor maritim seperti proyek tol laut atau pendulum nusantara. "Saya
kira saya belum lihat ada atau tidak pengaruhnya," jelas dia.
Jonan menuturkan, pemerintah memprioritaskan pengembangan pelabuhan
laut. Infrastruktur ini menjadi salah satu penunjang kegiatan ekonomi
yang utama, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia.
"Pelabuhan itu salah satu penunjang kegiatan ekonomi. Kalau
pelabuhannya tidak berkembang, dalam jangka panjang ekonominya juga
terganggu," ungkapnya. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar