Senin, 14 Juli 2014

Jokowi, Industri Kreatif dan Kisah Leicester Square Theatre

Dalam kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden beberapa waktu lalu, capres Joko Widodo membuat program memajukan industri kreatif. Jauh sebelum kampanye itu, Inggris telah menjadikan industri kreatifnya sebagai tulang punggug ekonomi.
Pekan ini detikcom berkesempatan mengunjungi negara Ratu Elizabeth II itu atas undangan Garuda Indonesia. Senin 14 Juli 2014 kami berkesempatan menikmati kawasan Leicester Square Theatre. Di sini terdapat pusat ruang terbuka publik yang bisa digunakan masyarakat untuk bertemu. Tidak sekadar mal layaknya di Jakarta.
"Kalau malam minggu di sini sangat ramai," kata mahasiswa asal Indonesia, Putra Sianipar, yang ditemui detikcom.
Di tempat ini, banyak demo art gratisan. Setiap anak muda pamer kebolehan berdansa, bernyanyi dan sebagainya. Ada juga pengamen dengan kualitas suara yang yahud.
"Pengamen di sini diselekasi oleh pemerintah setempat. Jadi bagus-bagus (suaranya)," ujar Putra.
Seperti pantomim, pemain saksofon, sirkus tunggal dan sebagainya. Sepanjang area, pengunjung pun akan dimanjakan berbagai atraksi tersebut. Dengan kualitas kreativitas tinggi itu, pengunjung tidak segan-segan melempar koin tanda terimakasih.
"Saya pernah mencoba open mix dengan gitar. Tapi karena tidak ada izin, diusir semacam satpol PP sini," kata lajang asal Yogyakarta itu.
Salah satu kafe yang memberikan kesempatan menyanyi bak penyanyi profesional adalah kafe The Spice of Life. Di sini, setiap pengunjung bisa menyanyikan lagu maksimal 2 lagu. Umumnya mereka membawakan lagu ciptaan sendiri.
"Di Jakarta tidak ada kafe yang seperti ini. Kalau lu gak profesional, lu gak akan bisa tampil di kafe. Di sini beda. Inilah mengapa banyak penyanyi Inggris yang berkarakter," papar Putra yang juga vokalis band itu.
Dalam satu malam, sedikitnya ada 20 orang yang perform. Nah, para pencari bakat dari mayor label 'blusukan' nongkrongin kafe-kafe semacam The Spice of Life itu. Mereka jemput bola mencari penyanyi baru, salah satunya The Voice.
"Saya pas turun open mic, tiba-tiba ada produser The Voice yang meminta saya audisi," kata Putra.
Dengan industri kreatif yang tumbuh subur di London, maka Inggris banyak mencetak karya besar di berbagai bidang seni. Namun Putra punya catatan khusus.
"Pasar di Indonesia harus dibentuk biar bisa menerima ini," papar Putra yang mengambil master hukum internasional itu.
Nah, berkaca dari London, apakah Jokowi bisa mewujudkan mimpinya jika jadi presiden nanti untuk memajukan industri kreatif dan membuat tempat terbuka publik?  [detik]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar