Sabtu, 21 Juni 2014

Survei Litbang Kompas: Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK Bersaing Ketat

Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan, pasangan Joko Widodo-Jusuf  Kalla masih memimpin popularitas dukungan masyarakat dengan 42,3 persen,  unggul dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang dipilih oleh  35,3 persen.
Namun, dengan perbedaan sekitar 7 persen, masih  mungkin terjadi perubahan karena jumlah warga yang belum menentukan  pilihan cukup besar.
Hasil survei ini memperlihatkan ketatnya  persaingan dan perebutan pengaruh, baik dalam dimensi kewilayahan maupun  kelompok sosial. Sebanyak 22,4 persen responden yang belum menentukan  pilihannya akan menjadi lahan perebutan pengaruh yang sangat menentukan  kemenangan.
Dinamika politik hari-hari ke depan yang terjadi di  sejumlah daerah dan perubahan pandangan pada kelompok-kelompoksosial  akan turut berperan memperlebar atau mempersempit margin suara  antarkandidat.Jawa dan Sumatera
Wilayah Pulau Jawa dengan jumlah  pemilih 58 persen dan Sumatera 21 persen dari total jumlah pemilih  Indonesia menjadi lahan perebutan suara yang paling ketat.
Ketatnya  persaingan tersebut terlihat dari hasil survei. Di Jawa, suara untuk  pasangan Jokowi-JK hanya terpaut tipis, unggul sekitar 4,5 persen dari  pasangan Prabowo-Hatta. Di Sumatera, perbedaan suara lebih berimbang,  keunggulan Jokowi-JK hanya terpaut 4,1 persen dari pesaingnya.
Wilayah  Jawa seolah terbelah dua yang memperlihatkan pola dukungan yang  berbeda. Jawa bagian barat, khususnya Provinsi Banten dan Jawa Barat,  dukungan untuk pasangan Prabowo-Hatta terlihat lebih kuat daripada Jokowi-JK. Sebaliknya, di Jawa bagian  timur, yakni Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, pilihan lebih banyak  dijatuhkan kepada Jokowi-JK.
DKI Jakarta sebagai barometer  perpolitikan nasional mencerminkan persaingan yang sangat ketat  sekaligus kuatnya fanatisme kepada setiap kandidat. Sedikitnya jumlah  pemilih yang belum menentukan pilihan (12,2 persen) menunjukkan bahwa  Jakarta sebagai wilayah yang relatif sudah sulit untuk berubah.
Wilayah  Jawa yang masih sangat mungkin untuk berubah adalah Provinsi Jawa  Timur. Meski ada kecenderungan kemenangan tipis untuk Jokowi-JK,  sesungguhnya mereka masih sulit diprediksi menang.
Wilayah  Nahdlatul Ulama terbesar yang menjadi basis Partai Kebangkitan Bangsa  ini masih menyisakan keraguan yang sangat kentara. Di sini, mereka yang  belum menentukan pilihan masih 27 persen, terbesar di antara semua  wilayah Jawa.
Sejauh ini pasangan calon nomor urut satu,  Prabowo-Hatta, lebih banyak dipilih oleh kalangan sosial berpendidikan  tinggi, kaum penganggur, pegawai negeri sipil, dan pegawai swasta.  Pemilih pasangan ini juga lebih banyak dari kalangan laki-laki  dibandingkan pemilih perempuan.
Sebaliknya, pasangan Jokowi- JK  cenderung lebih menarik minat kaum perempuan dan ibu rumah tangga.  Pasangan ini juga mampu menarik perhatian kalangan berpendidikan rendah,  kelas sosial menengah ke bawah, serta pelajar dan mahasiswa.
Petani dan nelayan juga lebih banyak mendukung pasangan ini.Peluang berubah besar
Meski  dukungan kepada kedua kubu sudah cenderung mengeras, sesungguhnya  peluang berubah masih tetap ada karena ruang yang tersisa di luar arena  pendukung fanatik kedua pasangan kandidat masih cukup lebar.
Jumlah  yang resisten terhadap calon nomor urut satu, Prabowo-Hatta,  berdasarkan survei, disuarakan oleh 33,6 persen suara. Sebaliknya, yang  menolak pasangan Jokowi-JK berkisar 30,6 persen.
Di luar suara  kedua kelompok pendukung fanatik tersebut masih tersisa 35,8 persen.  Dari jumlah itu, yang menjatuhkan pilihannya kepada Jokowi-JK sebanyak  27,2 persen, sedangkan Prabowo-Hatta sebanyak 19 persen. Sisanya, 53,8 persen, akan sangat bergantung pada perkembangan politik ke depan.Pergeseran pemilih
Hasil  survei longitudinal dengan responden yang sama ini juga memberikan  gambaran telah terjadinya pergeseran pemilih meski kecil.
Mereka yang sebelum Pemilu Legislatif (9 April 2014) memilih Prabowo Subianto cukup solid untuk terus mendukung pasangan Prabowo-Hatta  (84,5 persen). Demikian juga dengan pemilih yang tadinya memilih Joko  Widodo, kini, juga cenderung memilih pasangan Jokowi-JK (80,6 persen).
Meski  demikian, sebanyak 6,7 persen suara pemilih Prabowo ada yang lari ke  pasangan lawannya dalam dua bulan terakhir. Sebaliknya, sebanyak 5,9  persen pemilih Jokowi berpindah ke Prabowo-Hatta.
Debat kandidat dan isu-isu baru yang strategis dalam 18 hari ke depan akan memainkan peranan besar dalam menarik dukungan.
Hasil  Pemilu Presiden 9 Juli nanti akan sangat bergantung pada apakah salah  satu kubu akan lebih mampu menarik massa mengambang dan pemilih yang  masih ragu-ragu ke kubunya atau tidak.  [Litbang Kompas]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar