Anggota Komisi A DPRD DKI Fraksi PDI-Perjuangan, William Yani, mendesak
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menutup sejumlah badan usaha milik
daerah (BUMD) yang hanya membebani Pemprov DKI.
"Beberapa BUMD di DKI tak memberi kontribusi jelas bagi PAD DKI. Malah nyedot anggaran. Maka ditutup saja," ujarnya kepada wartawan di DPRD DKI Jakarta pada Jumat (2/8/2013) siang.
William
mencontohkan beberapa BUMD yang tak memberikan kontribusi keuntungan
kepada Pemprov DKI, antara lain PD Dharma Jaya, Ratax Armada, Cemani
Toka, dan Grahasahari Suryajaya. Keberlangsungan mereka dianggap hanya
menjadi beban bagi Pemprov DKI.
"Sudah berapa tahun terakhir ini
mereka tak bisa mandiri dan malah harus disuntik dana dari Pemprov DKI
terus-menerus. Tak bisa lagilah," ujarnya.
Tidak hanya BUMD,
lanjut William, beberapa tempat yang sebagian sahamnya dimiliki oleh
Pemprov DKI pun turut dievaluasi. Misalnya PT JIExpo dan Rumah Sakit
Haji Jakarta. PT JIExpo, kata William, sebaiknya sahamnya dijual kepada
pemilik mayoritas. Biarkan mereka mengelola sendiri Pekan Raya Jakarta
(PRJ) di Kemayoran, sementara Pemprov DKI membuat PRJ yang lebih
merakyat di Jakarta.
Untuk Rumah Sakit Haji Jakarta (RS Haji
Jakarta), William mengatakan, saham Pemprov DKI di sana cukup besar.
Namun, Pemprov DKI seakan tak punya kekuatan untuk turut mengelola rumah
sakit tersebut. Selain tak pernah memberikan dividen, RS Haji lebih
banyak dijalankan oleh Kementerian Agama.
"Peserta KJS yang
berobat ke sana lebih sulit dibandingkan RS Pasar Rebo atau RS Budi
Asih. Segera evaluasi direksinya, ganti dengan yang lebih punya energi.
Itu baru bisa bagus," lanjut William.
Dia berharap, Badan
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memberikan saran yang lebih
konkret kepada Pemprov DKI dan Badan Penanaman Modal DKI untuk segera
diputuskan, apakah BUMD itu layak dipertahankan dengan mengganti direksi
atau malah ditutup saja.
Sumber :
kompas.cm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar